Usaha perbaikan infrastruktur perguruan tinggi di daerah korban gempa dan tsunami, khususnya Aceh dan Nias terus berlanjut. Hasilnya mulai tampak dengan kehadiran kembali gedung-gedung pendidikan. Selain itu pengembangan mutu staf pengajar juga terus dilakukan. Semua ini dimaksudkan untuk mempercepat pemulihan kegiatan pendidikan menuju perkembangan yang normal.
Demikian yang disampaikan Dr. Janianton Damanik, Msi selaku pengelola Program Magister Kajian Pariwisata UGM dalam workshop Peningkatan Mutu Pembelajaran di Perguruan Tinggi di Daerah Korban Tsunami di Aceh dan Nias, Rabu (25/7) di Wisma MM UGM.
Kegiatan Workshop ini berlangsung dari 16 -28 Juli 2007 di Wisma MM UGM diprakarsai oleh Program Magister Kajian Pariwisata Sekolah Pascasarjana UGM bekerjasama dengan Konstanz University of Applied Science dan Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD), Jerman.
Bertindak sebagai fasilitator utama adalah Prof. Dr. Helmut Weber dari University of Applied Sciences, Jerman dan Dr. Janianton Damanik, MSi dari Program Magister Kajian Pariwisata, Sekolah Pascasarjana UGM, dibantu oleh Dr. Ir. Jamhari (Fakultas Pertanian UGM) dan Bayu Sutikno, SE, MSM (Fakultas Ekonomi UGM).
Seperti dikatakan oleh Damanik, salah satu tantangan terdepan Perguruan tingggi (PT), khususnya di daerah korban tsunami seperti Aceh dan Nias, adalah penjaminan mutu pembelajaran. “Di tengah keterbatasan jumlah tenaga pengajar yang memiliki kualifikasi pendidikan pascasarjana, PT setempat berhadapan langsung dengan rendahnya penjaminan mutu, terutama jika dilihat dari pembobotan materi pembelajaran di berbagai mata kuliah. Kelemahan ini semakin kentara di dalam penyusunan bahan ajar yang dituntut oleh kurikulum,†katanya.
Lebih jauh dikatakan oleh Damanik bahwa ketepatan dan kontekstualisasi materi pembelajaran sangat dibutuhkan setiap program studi untuk meningkatkan mutu lulusan. Materi pembelajaran yang sesuai dengan konteks situasi dan kebutuhan masyarakat diyakini akan lebih memudahkan lulusan terserap oleh pasar kerja.
“Oleh karena itu, materi pendidikan di PT di daerah korban bencana alam seharusnya lebih berorientasi pada penguatan kemampuan calon lulusan untuk mengatasi persoalan-persoalan lokal. Dengan demikian kontribusi PT semakin nyata terhadap peningkatan kapasitas dan pembangunan daerah setempat,†ujarnya.
Prof. Helmut Weber menekankan agar para staf pengajar benar-benar menyadari pentingnya penyusunan tujuan perkuliahan secara terfokus dan terukur. Tujuan tersebut harus diterjemahkan ke dalam sesi-sesi semester pembelajaran yang terstruktur, runtut dan luarannya terukur. Sangat disayangkan apabila 14-16 sesi pembelajaran dalam satu mata kuliah ternyata tidak menghasilkan kompetensi yang terukur pada mahasiswa. Artinya perkuliahan menjadi tidak efektif, dangkal dan tidak memberikan jaminan mutu bagi calon lulusan.
Hal yang tidak kalah penting, lanjut Prof. Weber, adalah penguatan relevansi teori dengan praktek dalam proses pembelajaran. Pendidikan yang berorientasi pada dunia kerja harus mampu memperkaya pengalaman praktek calon lulusan yang semuanya dibingkai dalam kurikulum.
“Penguasaan teori semata nyaris tidak berarti banyak apabila mahasiswa tidak memiliki pengalaman praktek. Kelemahan utama pendidikan di negara berkembang adalah muatan kurikulum yang terlalu generik dan miskin praktek dalam proses pembelajaran, sehingga kompetensi lulusan rendah dan tidak sesuai dengan kebutuhan riel pasar kerja,†kata pengajar University of Applied Sciences, Jerman ini.
Menurutnya, masalah ini perlu segera diatasi karena pada akhirnya akan melemahkan daya saing program studi itu sendiri. Oleh sebab itu dalam workshop para peserta diberikan pendampingan untuk menyusun satuan pembelajaran secara rinci dan terpadu yang memuat praktikum/magang sebagai bagian inti dari keseluruhan perkuliahan semester. Cara demikian diharapkan akan meningkatkan jaminan mutu pendidikan.
“Hal ini diadopsi dari pengalaman di Eropa, khususnya Jerman, kegiatan pembelajaran yang memadukan teori dengan praktek secara konsisten terbukti menjamin kualitas lulusan sekaligus mempercepat penyerapannya di pasar kerja,†tukasnya. (Humas UGM)