Yogya, KU
Sebagai tokoh bengawan sejarah, nama almarhum Prof Dr Sartono Kartodirjo tidak mudah untuk dilupakan oleh mantan murid-muridnya. Sebut saja beberapa bekas anak muridnya, diantaranya sejarawan senior UGM Prof Dr Taufik Abdullah dan Drs Adaby Darban. Bagi mereka, sosok Sartono merupakan sosok ilmuwan yang perlu dijadikan teladan karena memiliki karakter dan kepribadian yang kuat.
Hal ini mengemuka saat Adaby Darban memberikan kesan dan pesannya terhadap almarhum dalam diskusi ‘Mengenang Sartono Kartodirjo’ sekaligus peluncuran dua buku tentang biografi Prof Sartono, Jumat (14/3) di Gedung UC UGM. Dua buah buku yang diluncurkan tersebut diantaranya ‘Membuka Pintu Bagi Masa Depan’ yang diterbitkan oleh Kompas. Satu buku lainnya berjudul ‘Sejarah yang Memihak’ yang diterbitkan Ombak.
Adaby yang sempat menjadi asisten Sartono saat aktif sebagai peneliti di Pusat Studi Pedesaaan dan Kawasan UGM mengakui bahwa prof Sartono merupakan seorang tokoh sejarawan sejati yang pernah dimiliki Indonesia.
“Saat pemerintah Orde Baru mengajaknya ikut dalam penulisan sejarah nasional sebanyak enam jilid, dirinya bersedia, namun ketika pemerintah ingin mengintervensi maka ia dengan tegas menolaknya dan memilih untuk mundur,†jelasnya,
Lebih lanjut Adaby menambahkan, almarhum Sartono bukan hanya sebagai ilmuwan yang mumpuni di bidangnya tetapi juga memiliki pribadi yang tangguh, handal dan memiliki dedikasi yang tinggi.
“Ketika saya menjadi asisten peneliti di PSPK membantunya, ia betul-betul orang yang sangat bersih. Saat mendapat order penelitian, lalu ada sisa uang dari hasil pebelitian tersebut maka uang itu akan dikembalikan,†katanya.
Menurut Adaby, sikap Sartono ini jelas berlawanan dengan kondisi budaya saat itu, dimana setiap anggaran harus dihabiskan seluruhnya.
“Saya sempat tanya ke beliau, Pak Sartono jika uang ini dikembalikan lagi ke lembaganya, bukannya akan disalahgunakan kembali oleh pejabatnya. Sartono langsung menjawab, ini uang rakyat kita mesti bertanggungjawab, kalo ini sudah kita kembalikan ke pejabatnya dan itu dilanggar maka itu sudah urusan pertanggungjawaban pejabatnya nanti di akhirat, “ kata Adaby menirukan ucapan Sartono.
Menurut Adaby, dalam mendidik anak muridnya, Prof Sartono dikenal selalu menerapkan disiplin yang kuat agar bisa berhasil menjadi sejarawan. Setiap saat dirinya kerap menganjurkan kepada mahasiswanya untuk selalu rajin membaca, menulis dan berbicara
“Hal yang saya ingat betul pesan beliau, untuk menjadi seorang sejarawan harus rajin membaca, menulis dan mau berbicara,†kata Adaby Darban.
Sementara Prof Dr Taufik Abdullah mengatakan bahwa Prof sartono merupakan sejarawan yang profesional. Atas hasil pemikiran Sartono maka munculnya konsep sejarah multidimensional di Indonesia.
“Sejarah itu kebanyakan dibuat oleh kekuasaan, namun Sartono telah menempatkan masyarakat sebagai bagian dari sejarah, ini bisa kita lihat dari disertasi beliau yang mengangkaat perlawanan masyarajat Banten tahun 1888,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)