Dua kelompok ilmuwan yang selama ini berseberangan mengenai penemuan manusia Flores (homo florensis), akan segera beradu argumen. Para ilmuwan ini belum pernah bertemu secara langsung.
“Selama ini kita memang hanya beradu argumen melalui media dan baru akan bertemu secara langsung minggu ini,” kata Prof Dr Teuku Jacob kepada wartawan di Gedung Bioantropologi UGM, Sabtu (21/7/2007).
Dua kelompok ilmuwan yang berbeda pendapat itu, bertemu dan beradu argumentasi dalam International Seminar on Southeast Asian Paleoanthropology di Yogyakarta tanggal 23-25 Juli mendatang.
Jacob yang juga juga guru besar UGM menambahkan, masih tetap berprinsip bahwa manusia Flores adalah spesies manusia biasa yang mengalami kelainan genetik, dengan tinggi hanya sekitar 150 cm. Sementara, beberapa pakar luar negeri seperti Bob Roberts, Peter Brown, dan Michael Moorwood dari Australia meyakini, manusia Flores adalah jenis spesies baru.
“Kita masih meyakini hingga sekarang bahwa manusia flores adalah jenis manusia biasa yang hanya mengalami kelainan genetik. Sehingga, tubuhnya lebih pendek seperti katai. Namun, dari beberapa tokoh itu yang pasti datang kelihatannya hanya Morwood saja,” kata Jacob.
Disamping membahas persoalan manusia Flores, seminar ini dihadiri 72 ahli dari luar negeri dan 27 dari Indonesia itu, juga akan membahas berbagai teori baru seperti evolusi hewan dan peralatan manusia. Selain itu, berbagai perkembangan baru yang banyak ditemukan di sejumlah negara seperti Cina dan India juga akan menjadi bahasan.
“Ya karena rata-rata peserta seminar sudah berusia lanjut seperti saya, sehingga kita harus menyediakan angkutan gawat ke Sydney, Tokyo dan Singapura,” tambahnya.
Seminar ini digelar sekaligus untuk meresmikan unit laboratorium Paleanthropology milik UGM, yang baru saja selesai di renovasi. Jacob mengklaim, laboratorium ini merupakan yang terlengkap di Asia Tenggara.
Usai seminar, pada 26 s.d 29 Juli 2007 para peserta juga akan mengunjungi sejumlah situs seperti Sangiran, Trinil dan Sambungmacan, Jawa Tengah. Selanjutnya, dengan pesawat carteran mereka juga akan mengunjungi situs manusia flores di Nusa Tenggara Timur. (Humas UGM)