Yogya, KU
Dua dari lima pelaku joki tes CPNS di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, dipastikan merupakan mahasiswa UGM setelah dicek nama dan nomor mahasiswanya. Dua pelaku tersebut berinisial DS, angkatan 2005, dari Fakultas Isipol dan AEW dari Fakultas Farmasi, angkatan 2006. Seorang pelaku lainnya teridentifikasi sebagai mahasiswa IAIN Bandung, sedangkan dua lainnya dipastikan bukan mahasiswa UGM. “Setelah dicek nama, fakultas, dan nomor mahasiswa tidak sesuai,” kata Direktur Kemahasiswaan UGM, Drs. Haryanto, M.Si., kepada wartawan, Senin (14/12).
Kendati dua pelaku sudah dipastikan sebagai mahasiswa UGM, Haryanto mengaku UGM tidak akan langsung memberikan sanksi kepada keduanya karena masih menunggu kepastian hukum melalui pengadilan. “Karena bagaimanapun kita negara hukum. Kita tidak bisa sewenang-wenang sebelum ada kepastian hukum,” kata Sentot, demikian panggilan akrabnya.
Menurut Sentot, setelah ada kepastian hukum, besar kemungkinan keduanya akan dikeluarkan dari UGM. Pasalnya, mahasiswa yang masuk UGM sebelumnya telah menandatangani surat pernyataan bermaterai, yakni bersedia dikeluarkan dari UGM bila melakukan tindakan kriminal dan asusila. Sentot juga mengaku prihatin kepada dua mahasiswa tersebut yang masih tergiur oleh rayuan pihak luar, padahal mereka hanya dimanfaatkan kemampuan intelektualnya. “Kita prihatin mahasiswa masih memiliki keinginan mencari jalan pintas dengan imbalan 10-12 juta,” kata Sentot.
Menanggapi hal itu, sosiolog UGM, Prof. Dr. Sunyoto Usman, mengatakan fenomena mahasiswa menjadi joki disebabkan masih ada celah yang dimanfaatkan antara pemberi kerja dan pelamar. “Antara pelamar dan pemberi pekerjaan ada lubang berbau akademis, berbau tes. Lubang itu dimanfaatkan siapa yang mampu mengerjakan tes itu,” ujarnya.
Menurut Sunyoto, dalam kasus ini, mahasiswa dimanfaatkan untuk menutupi celah sistem rekrutmen yang dilakukan secara massal. “Masyarakat terlalu berharap kepada mahasiswa karena masih diangap elitis,” tambahnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)