Yogya, KU
Sebanyak 60 petani yang memiliki lahan di bawah Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di wilayah Kulon Progo, Klaten, dan Purworejo secara resmi mendirikan kelompok tani usaha perikanan, Rabu (16/12), di Auditorium Prof. Harjono Danusastro, Fakultas Pertanian (FPN) UGM. Para petani tersebut berasal dari lima desa, yakni Desa Wonosari, Desa Rasulan, dan Desa Wasiat (Kabupaten Puworejo), Desa Jimbung (Klaten), serta Desa Bojong (Kulon Progo).
Lima kelompok tani ini dibina oleh Tim Pelayanan Masyarakat Fakultas Pertanian UGM dan Program CSR PT PLN untuk pemanfaatan lahan produktif pertanian terpadu di kawasan SUTET. Pemanfaatan lahan diwujudkan dengan budidaya ikan lele di kolam terpal, budidaya pisang raja dan pisang California.
Ir. Sri Harjaningsih, M.Si., anggota tim pelayanan masyarakat FPN UGM, menjelaskan para petani sengaja diundang mengikuti lokakarya dan pembinaan untuk budidaya perikanan, sekaligus membentuk kelompok perikanan kelompok tani. “Masing-masing kelompok berjumlah sekitar 20 petani,” kata dosen Jurusan Perikanan FPN UGM.
Dikatakan Harjaningsih, dengan pembinaan ini diharapkan para petani dapat menjadi wirausaha yang andal dalam budidaya ikan lele menggunakan terpal. “Sebelumnya, kita sudah menguji budidaya perikanan di bawah SUTET dan ternyata berhasil dan ini kita terapkan di lapangan dengan para petani,” ujarnya.
Sementara itu, Ir. Lastono Haliwanto, Deputi Manager Hukum, Komunikasi, dan Lingkungan PT PLN mengaku pihaknya menggelontorkan dana sekitar 541 juta rupiah untuk mendukung program optimalisasi lahan di bawah SUTET. Hal itu sekaligus untuk menepis keraguan masyarakat terhadap bahaya SUTET. “Setelah dua bulan uji coba, kekhawatiran itu tidak terbukti. Tidak ada efek bagi mereka yang tinggal di bawah SUTET karena medan magnetnya di bawah ambang batas gelombang elektromagnetik,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)