Pandemi Covid-19 di Indonesia secara nyata berdampak pada sektor perekonomian nasional. Ancaman perlambatan ekonomi pada tahun 2020 dapat ditengarai dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi hingga minus 0,4 persen, kenaikan penduduk miskin hingga 4,8 juta keluarga dan kenaikan angka pengangguran yang mencapai 5,23 juta jiwa.
Kontraksi yang mendorong perlambatan perekonomian sebagai dampak pandemi telah menekan sektor produksi, ekspor, pariwisata, pendidikan, konsumsi rumah tangga. Tak luput sektor UMKM yang selama ini menjadi roda penggerak perekonomian Indonesia.
“Perlu kita sadari bersama bahwa tantangan terbesar UMKM di Indonesia saat ini adalah proses transformasi menuju ekosistem UMKM, yang menghasilkan produk berkualitas selaras dengan tuntutan revolusi industri keempat, sekaligus menjadi UMKM tangguh yang adaptif terhadap pandemi dan antisipatif terhadap segala situasi,” ungkap Wakil Gubernur DIY, Paku Alam X, saat memberi sambutan pada Temu Bisnis Nasional UMKM III tahun 2020, Selasa (8/12).
Wagub menyebut masterplan pengembangan UMKM telah tertuang dalam RPJM 2020-2024. Pengembangan tersebut meliputi peningkatan kemitraan usaha antar usaha mikro kecil dan usaha menengah besar, peningkatan kapasitas usaha dan akses pembiayaan bagi wirausaha, peningkatan penciptaan peluang usaha dan start-up, serta optimalisasi pemanfaatan teknologi digital dan industri 4.0.
Menurut Wagub kata kunci menuju kenaikan kelas UMKM adalah kerja sama dan implementasi teknologi. Oleh karena itu, bagi pelaku UMKM perlu menengok sepak terjang Jack Ma dengan Alibaba-nya.
“Kata Jack Ma dengan filosofinya adalah ingin membentuk ekosistem. Dengan memberdayakan orang lain untuk memasarkan, melayani, dan memastikan orang lain menjadi lebih sejahtera bersama kami. Dengan inovasi teknologi dan kemitraan yang kami sepakati dengan 10 juta pengusaha UMKM, pada akhirnya bisa membuat kami dapat bersaing dengan microsoft dan IBM,” katanya.
Dari pernyataan Jack Ma tersebut, kata Wagub, dapat disimpulkan dunia bisnis saat ini sudah menepikan kompetisi, dan memilih untuk berkolaborasi. Itulah good practise untuk mengupayakan UMKM naik kelas di era tatanan baru. UMKM harus memiliki sense yang kuat terhadap kebutuhan pasar dan memiliki sense of customer needs.
“Tentunya UGM sebagai pemilik intelektual power, dapat mendukung UMKM dengan menyediakan tools strategi pemasaran, marketing forecast, customer analysist, dan rumusan strategi pengembangan produk. Kami percaya konsep Nitilaku sebagai sinergi antara unsur budaya, unsur masyarakat dan unsur akademisi sangat potensial dalam mendukung akselerasi UMKM naik kelas di era tatanan kehidupan baru,” imbuhnya.
Temu Bisnis Nasional UMKM ke-3 tahun 2020 bertema UMKM Naik Kelas di Era Tatanan Kehidupan Baru. Kegiatan yang digelar Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat UGM diharapkan mampu mendorong bangkitnya kembali para pelaku UMKM di Era Tatanan Kehidupan Baru.
Prof. Irfan Dwidya Prijambada, M.Eng., Ph.D, Direktur Pengabdian kepada Masyarakat UGM, mengatakan upaya pemulihan sektor usaha mikro dan kecil akibat pandemi Covid-19 telah dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah serta berbagai komponen masyarakat lain secara masif dan terstruktur. Dalam kondisi ini, inovasi dan kreativitas menjadi kata kunci yang harus dimiliki oleh para pelaku bisnis mikro dan kecil ini.
Dalam upaya pemulihan perekonomian nasional ini, Universitas Gadjah Mada mengambil peran untuk membantu penanganan, pengendalian dan pencegahan dampak pandemi Covid-19. Hal tersebut salah satunya dilakukan melalui Kantor Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat UGM dengan mengalihkan tema pelaksanaan kegiatan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat menjadi tema penanganan pandemi Covid-19 dan penyelenggaraan berbagai kegiatan lain baik melalui skema KKN-PPM, pelatihan, workshop, tanggap darurat maupun temu bisnis.
“Diharapkan dengan fokus tema tersebut, UGM dapat membantu membangkitkan daya inovasi dan kreativitas masyarakat, khususnya untuk ketahanan para pelaku usaha mikro dan kecil terdampak,” katanya.
Menurut Irfan, era tatanan kehidupan baru menjadi babak baru setelah dunia dilanda pandemi Covid-19. Dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 sangat nyata dirasakan oleh setiap individu di seluruh dunia. Tidak terkecuali pada sektor ekonomi, khususnya para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia.
“Sektor UMKM pernah menyelamatkan stabilitas perekonomian nasional pada saat terjadi krisis tahun 1998. UMKM merupakan sektor strategis yang mencakup lebih dari 97 persen dari keseluruhan sektor usaha nasional, dan mampu menyerap hingga 99 persen tenaga kerja, dan menyumbang lebih dari 67 persen devisa negara,” paparnya.
Meski begitu, kata Irfan, berbeda dengan kondisi tahun 1998, pada saat terjadi pandemi Covid-19 bulan Maret 2020, sektor usaha yang paling merasakan dampak dari peristiwa ini adalah sektor usaha mikro dan kecil. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan lainnya sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan sektor UMKM.
“Berbagai kendala di dalam proses produksi, distribusi dan pemasaran memberikan implikasi pada penurunan omzet/pendapatan masyarakat. Selain itu, menurunnya daya beli masyarakat yang disebabkan pemutusan hubungan kerja baik sementara maupun tetap memberikan implikasi juga pada penurunan pendapatan sektor UMKM,” terangnya.
Temu Bisnis Nasional UMKM yang digelar secara daring kali ini diramaikan dengan hadirnya Adrian Leo H yang bergerak di bidang Digital Marketing Business dengan mendirikan Berlima Digital Agency. Ada pu;a Tri Suhartini yang mendirikan Ecovivo pada bulan Desember 2017. Ecovivo merupakan wirausaha sosial dalam bisnis ekologi dengan fokus pada pemberdayaan perempuan mendaur ulang dan memanfaatkan sampah domestik untuk mengolah kebun rumah guna menghasilkan produk perawatan pribadi organik.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Ayobandung.com