Peneliti Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., M.P.H., Ph.D., masuk dalam daftar Ten People Who Helped Shape Science in 2020 menurut salah satu jurnal ilmiah bergengsi, Nature.
Adi Utarini, atau yang biasa dipanggil Uut, masuk dalam daftar ini berkat perannya dalam memimpin penelitian pionir dalam upaya untuk mengatasi penyakit demam berdarah.
“Ini adalah upaya terobosan untuk menemukan harapan baru pengendalian demam berdarah. Yang kita lakukan adalah sebuah intervensi lingkungan dengan nyamuk Aedes aegypti yang sudah ada bakteri Wolbachia,” terangnya dalam tayangan langsung melalui Instagram bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Prof. Nizam, Senin (21/12).
Nature menyebut Uut sebagai mosquito commander atau komandan nyamuk, dan memaparkan capaian tim peneliti World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta yang berhasil menurunkan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta sebesar 77 persen.
Hasil ini menuai pujian dari epidemiolog dan dianggap sebagai sebuah kemenangan yang sudah lama ditunggu atas suatu virus yang telah mewabah di banyak negara, terutama di negara-negara berpendapatan rendah di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.
“Impak kepada masyarakat adalah ketika nyamuk di suatu wilayah semua sudah mengandung Wolbachia, maka kemudian ketika nyamuk menggigit, virus tidak ikut berpindah pada manusia,” terang Uut.
Penelitian ini, terangnya, telah berlangsung hampir sepuluh tahun. Pada tahun 2016 hingga tahun 2017, WMP menyerahkan 7 ribu ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia di 7 kelurahan di Kecamatan Tegal Rejo dan Wirobrajan, yang kemudian dimonitor selama beberapa waktu. Dari penyebaran nyamuk ber-Wolbachia tahap pertama, ditemukan bahwa nyamuk tersebut mampu bertahan dengan jumlah yang tinggi dalam populasi dan tetap konsisten.
“Secara lingkungan ini intervensi yang sangat sustainable. Jika sudah di atas 60 persen kita hentikan pelepasan, dan secara alami akan terjadi perkembangbiakan,” paparnya.
Penelitian ini pun rencananya akan terus dilanjutkan dalam rangka menurunkan angka kejadian demam berdarah di DIY, dengan hasil penelitian ini diharapkan bisa dilaksanakan di daerah lain di Indonesia.
Daftar yang dibuat oleh Nature ini mengeksplor perkembangan kunci di bidang sains sepanjang tahun 2020 serta orang-orang yang memainkan peranan penting dalam pencapaian tersebut dan membantu membuat penemuan menakjubkan atau mengarahkan perhatian pada isu-isu yang krusial.
Adi Utarini masuk di dalam daftar ini bersama sejumlah peneliti dan pemimpin tersohor dunia, di antaranya Direktur Jenderal World Health Organization (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, peneliti vaksin Covid-19, Kathrin Jansen, dan perdana menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern.
Capaian Uut pun menuai pujian dari sejumlah pihak, termasuk di antaranya dari Nadiem Makarim serta Presiden RI Joko Widodo yang menyebut Uut dalam sebuah unggahan di media sosial.
“Ini merupakan kebanggan yang luar biasa bahwa Indonesia dan dosennya bisa disebut dalam 10 ilmuwan yang paling akan berdampak pada dunia. Jarang sekali kita mendapat rekognisi yang setinggi itu,” ucap Nadiem.
Penulis: Gloria