Manajemen Logistik dan Rantai Pasok (MLRP) memiliki peran penting dalam mendorong perekonomian Indonesia. Sebagai upaya efisiensi logistik nasional, Pemerintah Indonesia mendirikan Pusat Logistik Berikat (PLB) pada tahun 2016. Pendirian PLB ini diharapkan mampu mendorong investasi dalam negeri dan menjadikan Indonesia sebagai hub Asia Pasifik. Sejak resmi didirikan, PLB terus berkembang dan saat ini terdapat 128 PLB di seluruh Indonesia.
Selain itu, PLB juga menginisiasi organisasi yang kemudian secara resmi menjadi Perkumpulan Pusat Logistik Berikat Indonesia (PPLBI) dengan anggota sejumlah 54 PLB. Tujuan didirikannya PPLBI adalah sebagai wadah komunikasi dan penghubung antara operator PLB dan juga mitra industri lainnya.
Melihat strategisnya peran PLB, tim peneliti dari FEB UGM melakukan penelitian yang bertajuk “Evaluasi Proses Bisnis dan Dampak Ekonomi Pusat Logistik Berikat Indonesia”. Tim yang diketuai oleh Kusdhianto Setiawan, Ph.D., dengan anggota Luluk Lusiantoro, Ph.D., dan Gumilang Aryo Sahadewo, Ph.D., ini berkerja sama dengan PPLBI untuk melakukan penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan dengan dua tujuan utama yaitu mengevaluasi keefektifan proses bisnis PLB dan mengevaluasi kinerja serta kontribusi PLB terhadap perekonomian. Hasil penelitian ini dipaparkan dalam Webinar Diseminasi Hasil Kajian yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Manajemen Logistik dan Rantai Pasok (MLRP) FEB UGM pada Selasa (22/12) pagi. Webinar ini turut mengundang publik dan berbagai pemangku kepentingan terkait program PLB yang bergabung melalui platform Zoom dan juga melalui kanal Youtube Pusat Kajian MLRP FEB UGM.
Untuk mengawali pemaparannya, Kusdhianto menjelaskan bahwa program PLB telah dinilai on the right track dan memberikan dampak positif pada perekonomian Indonesia. Hasil penelitiannya meneguhkan kembali peran PLB sebagai sebuah alternatif pengelolaan logistik yang transparan, bebas dari pungli, dan terintegrasi langsung dengan pihak bea cukai.
“PLB memberikan manfaat yang besar, seperti penangguhan bea masuk sampai dengan 3 tahun yang memberikan fleksibilitas pengeluaran barang secara parsial. Hal ini dapat membantu arus kas pengguna, penurunan dwelling time secara signifikan, serta penyelesaian kegiatan cukai secara lebih efisien. Selain itu, penerapan sistem pengawasan elektronik yang komprehensif dari PLB juga meningkatkan keamanan, pengawasan, serta kontrol terhadap barang masuk dan keluar melaluinya,” terang dosen MM FEB UGM
Selain itu, Kusdhianto juga menyebut PLB terbukti mendorong kinerja industri di Indonesia. Hal itu karena, menurutnya, keberadaan PLB mempermudah akses bahan baku dan bahan penolong dari luar negeri, menurunkan biaya logistik, serta meningkatkan produksi dan keberdayasaingan industri klien pengguna PLB. “Dampak-dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh perusahaan besar dan perusahaan swasta nasional-asing, namun juga perusahaan kecil dan menengah di Indonesia,” tambahnya.
Namun demikian, Kusdhianto juga memaparkan bahwa proses bisnis PLB juga mengalami beberapa hambatan yang dihadapi operator dan pengguna PLB, semisal ketidaksinkronan regulasi antar kementerian. Ia mengungkapkan ketidaksinkronan regulasi kementerian ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi mengenai regulasi. Sosialisasi ini meliputi peraturan baru yang akan diberlakukan maupun peraturan lama yang memerlukan tinjauan dan persepsi yang sama.
Lebih lanjut, sebagai solusi Kusdhianto menyarankan perbaikan secara berkelanjutan dapat dilakukan, terutama pada beberapa aspek yang dinilai penting oleh pengguna PLB, tetapi kinerjanya masih perlu ditingkatkan. Hal itu seperti aspek layanan terkait kepemilikan barang dalam PLB serta fasilitas ekspor yang berpotensi memberikan dampak positif pada perekonomian nasional. Selain itu, ia juga menyebut harmonisasi dan sosialisasi regulasi terkait PLB juga masih perlu ditingkatkan, utamanya untuk mendukung cita-cita Indonesia menjadi pusat logistik di Asia Pasifik.
Atas diseminasi riset tersebut, Ety Puspitasari, Ketua Umum PPLBI, menyampaikan apresiasinya kepada tim riset FEB UGM. Ia mengungkapkan pihaknya memerlukan sekali kajian riset ini. Hal itu karena sejak PLB didirikan empat tahun lalu, pihaknya merasakan banyak tantangan dan peluang. Walaupun perbaikan-perbaikan telah dilakukan, namun belum ada kajian menyeluruh seperti hasil riset ini.
“Saya mewakili PLB di seluruh Indonesia menyampaikan terima kasih atas diseminasi hari ini. Kajian ini merupakan evaluasi dan refleksi empat tahun sejak lembaga kami berdiri. Oleh karenanya, saya berharap kajian ini bisa menjadi dasar perbaikan bagi PPLBI dan PLB keseluruhan di Indonesia,” paparnya.
Sementara itu, Eko Suwardi, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan FEB UGM juga menyampaikan terima kasih kepada PPLBI atas kepercayaannya kepada FEB UGM untuk melakukan kajian ini. Ia berharap kajian ini dapat bermanfaat bagi pihaknya dan semua pihak lain, baik PPLBI, PLB seluruh Indonesia, maupun masyarakat pada umumnya.
“Saya harap kerja sama ini tidak berakhir pada kajian ini saja. Kami masih punya resources terkait logistik lainnya, seperti masalah kepabeanan dan masalah kawasan berikat. Maka dari itu, kami persilakan jika berminat untuk berkerjasama pada kajian-kajian mendatang,” pungkasnya.
Penulis: Hakam