Universitas Gadjah Mada dan PT Pertamina sepakat mengadakan kerjasama dalam bidang pendidikan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Penandatanganan kerjasama dilakukan oleh Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi, M.Eng, Ph.D dan Direktur Utama PT Pertamina Ari H Soemarno.
Turut hadir menyaksikan diantaranya Direktur Pengolahan Pertamina Ir Suroso, Direktur Kuangan Pertamina Ferederick ST Siahaan, dan Direktur Hulu Pertamina Hari Kustoro. Sementara dari pihak UGM, ikut hadir Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UGM Prof Dr Retno Sunarminingsih MSc Apt, Wakil Rektor Bidang Adiminstrasi dan Sumber Daya Manusia UGM Dr Ainum Naim, MBA.
Dalam perjanjian kerjasama tersebut, Pertamina memberikan bantuan sebesar 5 milyar yang dimaksudkan untuk pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta pembangunan fasilitas pendidikan di lingkungan Fakultas Ekonomi UGM berupa pembangunan PERTAMINA Hall. Sedangkan kontribusi yang diberikan oleh UGM ke Pertamina sendiri berupa hasil penelitian tentang Peran dan Kontribusi PT PERTAMINA dalam bisnis, industri dan perekonomian.
“Dukungan 5 milyar merupakan jumlah yang sangat signifikan untuk kepentingan riset dan pengabdian masyarakat,†ungkap Surdjarwadi dalam sambutannya, Sabtu (8/9) di Ruang Multi media UGM.
Menurut Sudjarwadi, hasil studi yang dilakukan oleh UGM nantinya mampu memotivasi pertamina untuk memiliki peran yang cukup strategis dalam pembangunan bangsa dan negara ke depan.
“Program Corporate Sosial Responsibility dari Pertamina ini sangat bermanfaat dalam pengembangan pendidikan ke depan,†ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Ari H Soemarno mengungkapkan bahwa pertamina sebagai BUMN terbesar sedang berupaya mendekatkan diri kepada masyarakat luas terkait dengan cara memberikan sumbangan nyata bagi pendidikan.
“Peningkatan SDM ini menjadi kunci keberhasilan di masa mendatang maka dari itu kerajasama dengan pihak UGM ini akan memiliki sinergi dan pemikiran yang sama dalam hal pembangunan bangsa dan negara,†katanya.
Stok BBM dipastikan aman
Stok BBM untuk premium, minyak tanah maupun solar menurut Ari H Soemarno masih aman. Persediaan BBM di Pertamina masih cukup untuk 20 hari ke depan. Dimana stok BBM untuk berbagai jenis yang dimiliki Pertamina setiap hari berkisar antara 20 juta barel. ”Setiap hari kita cadangkan stok BBM 20 Juta Barel untuk semua produk. Biasanya kita gelontorkan jika stok masyarakat limit,” kata Ari Soemarno kepada wartawan usai melakukan penandatangann kerjasama dengan UGM.
Diakui Ari, menjelang lebaran biasanya konsumtivitas BBM dalam masyarakat meningkat Terutama jenis premium dan minyak tanah. Peningkatan konsumsi itupun menurutnya bisa mencapai 30 persen dari konsumsi hari biasa. Setiap harinya, Pertamina sendiri mendistribusikan aneka jenis BBM hingga satu juta barel.
”Yang menjadi masalah itu sebenarnya bukan stoknya tetapi mengenai istilah kelangkaan itu. Terutama setelah konversi minyak tanah ke Elpiji,” terang Ari lebih lanjut.
Menurut Ari, bagaimanapun minyak tanah itu tetap akan langka. Karena kata dia, distribusi minyak tanah itu selalu dikuota setiap harinya. Rata-rata kuota minyak tanah di Indonesia setiap hari 9,6 milyar liter untuk seluruh Indonesia. ”Itu hanya jatah untuk kebutuhan rumah tangga dan usaha mikro. Tetapi distribusi tidak diatur, bebas. Sedangkan minyak tanah itu bisa dioplos dengan apa saja. Selain itu minyak tanah juag bisa digunakan untuk bahan baku di Industri. Padahal industri membayarnya harga ekonomi. Akibatnya minyak tanah lebih mahal dari harga solar atau premium subsidi. Belum lagi petani dan melayan mengoperasikan mesinnya juga dengan minyak tanah,” tambah Ari.
Tindakan yang begitu besar dalam memanfaatkan minyak tanah selain untuk rumah tangga dan UKM itulah yang dinilai Ari, sebagai celah bocornya distribusi minyak tanah. ”Jadi kalau kita lihat di pasaran setiap hari pasti antri. Bagaimana minyak tanah tidak bocor tidak langka,” tegasnya.
Di Jakarta kata Ari, minyak tanah itu bocor setiap hari hingga 35 persen dari kuota distribusi di wilayah itu. Sedangkan di Jakarta, pemakaian minyak tanah lebih besar dibandingkan Jawa Tengah atau Jawa Timur. Padahal penduduk Jakarta lebih sedikit dibandingkan Jawa Tengah atau Jawa Timur.
”Kalau distribusi di Jakarta seratus juta liter/hari distribusinya, maka yang bocor 35 persen. Jika harga perekonomian misalnya Rp 5 ribu maka hitung aja bisa Rp 2 trilyun itu kerugiannya,” tegas Ari.
Untuk mengantisipasi kelangkaan dan gejolak akibat konversi minyak tanah ke Elpiji sendiri kata Ari, pihaknya sejak dua minggu terakhir telah mengubah cara penarikan minyak tanah di daerah yang sudah di konversi. Jika sebelumnya daerah yang sudah terkena konversi langsung ditarik 70 persen kuota distribusi minyak tanahnya, saat ini hanya ditarik 50 persen saja dan seterusnya bertahap hinga 100 persen.
Terkait dengan konversi minyak tanah di Yogyakarta sendiri kata dia, akan dilakukan pada bukan Oktober atau November 2007. ”Kita menunggu penyediaan tabung gas,” terangnya. (Humas UGM)