Yogya, KU
Universitas Gadjah Mada dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melaksanakan penandatanganan kerjasama pengembangan infrastruktur dan kewilayahan. Penandatanganan kerjasama ini dilakukan pada pekan lalu di Jakarta oleh Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD dan Mentri Koordinator Bidang Perekonomian Prof Dr Boediono.
“Maksud dari kerjasama ini untuk meningkatkan kerjasama dalam penelitian, pertukaran informasi dalam upaya meningkatkan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah guna mendukung sektor perekonomian,†kata Koordinator Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pemerintah Daerah dari bagian LPPM UGM Dr Joko Prastowo kepada wartawan, Senin (17/3), di Kampus UGM.
Tindak lanjut dari bentuk kerjasama ini, jelas Joko direalisasikan dalam pembentukan tim bersama penelitian di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah untuk mendukung pembangunan ekonomi, pertukaran informasi ilmu pengetahun dan teknologi.
Dilibatkannya UGM oleh Kementerian Bidang Perekonomian dalam pembangunan infrastruktur, jelas Joko, juga dalam rangka membantu pelaksanaan kebijakan otonomi khusus di propinsi Papua yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan penduduk Papua disegala aspek kehidupuan.
“LPPM UGM sebelumnya telah melaksanakan kerjasama peningkatan kapasitas dari perguruan tinggi di Propinsi Papua dan Papua Barat dalam rangka mendampingi pemerintah daerahnya dalam hal merencanakan, merancang, malaksanakan dan melakukan pemantauan percepatan pembangaunan inftrastruktur di Papua dengan sudah diberlakukannya otonomi khusus,†kata joko.
Namun demikian, kata joko, secara umum pelaksanaan otonomi khusus di Papua masih menyisakan beberapa kendala dengan perbedaan persepsi di pusat dan di daerah, tidak adanya pedoman perencanaan strategis serta lambatya penerbitan peraturan pendukung pelaksanaan otonomi khusus dan masih lemahnya mekanisme pengendalian dan pengawasan pelaksanan otonomi khusus itu sendiri.
“Akibat yang ditimbulkan berupa ketidakjelasan arah pembangunan dalam pelaksanaan otonomi khusus dan ketidakjelasan pertanggungjawaban keuangan yang bersumber dari otonomi khusus tersebut,†kata Joko.
Padahal propinsi Papua memiliki kekuatan besar dalam hal dana pembangunan pendapatan per kapita tertinggi di indonesia namun sayangnya belum dimanfaatkan secara optimal. Seperti diketahui, total dana otonomi khusus saja sejak tahun 2002 hingga tahun 2006 mencapai 9.353 triliun rupiah dan dana infrastruktur tahun 2006 sebesar 575 milyar rupiah. Belum lagi, jumlah penduduk yang kurang lebih 1 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang menempati luas wilayah seluas 16 persen dari seluruh wilayah Indonesia.
Bukan hanya itu, tambah Joko, kekayaan alam yang dikelola PT Freeport saja ternyata memiliki kandungan 2,5 milyar ton bahan tambang emas dan tembaga. Selain itu, Papua juga memiliki potensial 540 juta meter kubik kayu komersial dan 9 juta lahan hutan konversi untuk digunakan pembangunan perkebunan skala besar. Di bidang kelautan, Papua setidaknya memiliki pantai sepanjang 2000 mil dan perairan seluas 228 ribu kilometer serta 1,3 juta ton potensi lestari perikanan per tahun.
Keikutsertaan UGM dalam percepatan pembangunan infrastruktur di Papua terang Joko, dilakukan melalui peningkatkan kapasitas perguruan tinggi di Papua. Upaya ini dilatarbelakangi atas keprihatinan peran universitas di Papua yang dirasakan masih kurang dalam hal pendampingan pembangunan di wilayahnya.
“Universitas di Papua secara umum masih dianggap tidak mampu melaksanakan proyek-proyek dalam skala besar dan komplek sehingga proyek-proyek banyak diserahkan ke universitas di luar Papua,†tegasnya.
Joko mengatakan, dua universitas yang kini mendapat pendampingan oleh LPPM UGM diantaranya Universitas Cenderawasih (UNCEN) yang berlokasi di Jayapura dan Universitas Negeri Papua (UNIPA) yang berada di Manokwari.
Dipilihnya dua universitas ini, menurut Joko, karena dianggap dua perguruan tinggi terbesar di Papua dan Papua Barat yang sampai saat ini masih cukup mempunyai brand yang kuat di tengah masyarakat Papua. Selain itu, keduanya juga masih merupakan trendsetter perguruan tinggi di daerahnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)