Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada tahun akademik 2007/2008 menerima mahasiswa baru sebanyak 2634 orang, terdiri dari mahasiswa strata S2 reguler, strata S2 non-reguler, dan program strata S3. Terhitung, Fakultas Biologi menerima 47 mahasiswa, Fakultas Ekonomi dan Bisnis 298, Fakultas Farmasi 81, Fakultas Filsafat 15, Fakultas Geografi 40, Fakultas Hukum 331, Fakultas Kedokteran 534, Fakultas Kedokteran Gigi 4, Fakultas Kedokteran Hewan 12, Fakultas Kehutanan 64, Fakultas MIPA 257, fakultas Pertanian 69, Fakultas psikologi 67, Fakultas Peternakan 39, Fakultas Isipol 106, Fakultas Ilmu Budaya 170, Fakultas Teknik 177, Fakultas Teknologi Pertanian 61 dan Pascasarjana multidisiplin 172 mahasiswa.
Dari jumlah tersebut, kata Direktur Akademik UGM Dr Budi Prasetyo Widyobroto DEA DESS, merupakan mahasiswa baru pascasarjana tercatat sampai tanggal 7 September 2007. Artinya sebanyak 2634 mahasiswa baru pascasarjana UGM tersebut, telah melakukan registrasi.
“Perlu kami informasikan kenapa jumlah tersebut sementara, karena mahasiswa yang menerima BPPS dari Dikti sampai hari ini belum ada keputusan. Tapi InsyaAllah kita akan mendapat jatah sekitar 400 – 500 mahasiswa pascasarjana beasiswa BPPS,†ujar Budi Prasetyo dalam laporannya.
Kuliah perdana program pascasarjana UGM ini, dibuka Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Prof Dr Retno Sunarminingsih Sudibyo MSc Apt, hari Senin (10/9) di Grha Sabha Pramana. Pembukaan kuliah diisi pula orasi ilmiah oleh Ir Ciputra, yang mengutarakan arti penting kewirausahaan dalam pendidikan tinggi bagi pemecahan masalah bangsa.
Dalam sambutannya Prof Retno mengungkapkan, jika UGM bersepakat tetap menjadi research university. Sebagai salah satu pilarnya adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan pascasarjana.
“Jadi sebetulnya kita akan menggeser. Untuk yang undergraduate program kita tidak akan mengejar kuantitas. Namun untuk program pascasarjana kita akan melakukan peningkatan mutu baik kualitas maupun kuantitas. Baik yang mono maupun yang multi disiplin,†ujar Retno Sunarminingsih.
Selain itu, kata Bu Retno, UGM berkeinginan menjadi world class university. Untuk mewujudkannya, tentunya melalui peningkatan mutu pula.
“Kalau kita berbicara mutu tentunya ke arah research juga. Meski begitu research tidak hanya melulu untuk penyaluran scientivic. Lebih dari itu manfaatnya juga harus ditingkatkan. Oleh karenanya, kita tidak meninggal yang scientivic, tapi mensinergikan tujuan scientivic dengan manfaat bidang ilmu. Dengan demikian kita mempu merubah citra universitas yang menara gading, menjadi membumi dengan segala manfaat-manfaatnya,†ujar Prof Retno berharap.
Sementara itu Ir Ciputra dalam orasinya menjelaskan bagaimana pendidikan kewirausahaan (entrepreunership) menjadi solusi bagi penyelesaian masalah-masalah pengangguran dan kemiskinan. Secara khusus, ia sampaikan pula gagasan-gagasan praktis yang sebaiknya dilakukan Perguruan tinggi sebagai agen perubahan masa depan untuk menanggulangi problem kemiskinan dan langkanya lapangan pekerjaan di Indonesia. (Humas UGM).