Alam telah memberikan pelajaran berharga, bahwa tumbuh-tumbuhan (vegetasi) dapat memberikan stabilitas permukaan tanah yang positif dari jalinan akar dan terhambatnya aliran air di permukaan. Sistim akar tumbuhan yang menyebar secara lateral, keluar dari tumbuhan mengikat butiran tanah menjadi menyatu, meningkatkan kuat geser, atau dapat tumbuh secara vertikal masuk ke dalam tanah hingga menembus lapisan tanah yang lebih stabil sehingga mampu menjangkar tanah.
“Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kuat tarik akar bervariasi dari jenis pohon yang satu ke jenis pohon yang lain, ada peneliti yang mencatat kuat rerata akar suatu pohon dapat mencapai sekitar 7 psi,†ujar Prof Ir Suryo Hapsoro Tri Utomo PhD.
Suryo Hapsoro menyampaikan hal itu saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Teknik UGM, hari Selasa (11/9) di Ruang balai senat UGM. Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas ini, mengucap pidato “Stabilisasi Tanah Masa lalu, Masa Kini Dan Masa Depanâ€.
Wakil Dekan Bidang Teknik FT UGM 2005-2006 ini menjelaskan, penggunaan vegetasi untuk stabilisasi tanah mempunyai berbagai keunggulan antara lain relatif murah, swa-perbaikan (self-repairing), tidak memerlukan peralatan rumit/berat, ramah lingkungan dan bermanfaat bagi kehidupan. Meski begitu, penggunaan vegetasi memiliki kelemahan, diantaranya sulit dilakukan pada lereng yang terjal dan memerlukan waktu yang relatif lama untuk dapat berfungsi.
“Penggunaan tumbuhan untuk stabilisasi tanah lereng pada badan jalan, sebagaimana terlihat di sebuah universitas di Malaysia, yang akarnya tumbuh keatas mengikuti permukaan lerengnya, memang tampak asri dan enak dipandang sekaligus dapat berfungsi dengan baik. Demikian pula, penanaman tumbuhan akar wangi oleh penduduk sekitar di daerah Kalibawang Kulon Progo, penanaman jambu biji di beberapa lokasi di DIY merupakan juga contoh stabilisasi tanah menggunakan metode vegetasi berbasis kearifan local,†ujar suami Ir Siti Madichah Issemiarti MT, ayah tiga putri ini. (Humas UGM).