Fakultas Teknik UGM tengah merayakan dies natalis, yang dikenal pula dengan Hari Pendidikan Tinggi Teknik (HPTT), yang ke-75 atau lustrum yang ke-15. Pada Rabu (17/2) kemarin, digelar Rapat Senat Terbuka untuk menyampaikan laporan, evaluasi, serta rencana untuk satu tahun ke depan oleh Dekan FT UGM, Ir. Muhammad Waziz Wildan, M.Sc., Ph.D. Selain itu, disampaikan pula pidato dies natalis oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim, serta Dirjen Dikti, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D.
Waziz memulai laporannya dengan merenungkan bahwa selama tahun 2020 kemarin merupakan masa yang sulit bagi berbagai pihak di dunia, termasuk FT UGM, akibat pandemi Covid-19. Namun, ia menyebut FT UGM tetap berusaha menjalankan tugas-tugas tridarma, kerja sama, serta pelayanan sebaik-baiknya.
“Tentu hal itu kami lakukan dengan berbagai penyesuaian. MIsalnya saja penerapan protokol kesehatan, pelayanan secara daring, hingga adaptasi pembelajaran daring,” ungkapnya.
Upaya tersebut, menurut Waziz, terbukti dari hasil-hasil pembelajaran serta penelitian dari sivitas FT UGM, baik itu dalam bentuk penghargaan, berhasilnya kegiatan, kerja sama maupun produk. “Total medali atau juara yang diraih mahasiswa FT UGM selama tahun 2020 sebanyak 1.258 buah, dan itu belum termasuk yang diraih dosen. Untuk produk riset, tercatat sebanyak 57 buah produk hasil penelitian telah diaplikasikan untuk mitigasi Covid-19. FT UGM juga aktif menjalin kerja sama dengan pemerintah, swasta, ataupun universitas lain, baik itu dalam negeri maupun luar negeri,” paparnya.
Berkaca dari tahun 2020 kemarin yang memaksa mengadaptasi banyak hal ke daring, Waziz menyatakan rencana dan pandangan FT UGM kedepannya. Pandangan tersebut tesirat dalam tema HPTT kali ini yaitu “Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka untuk Menyambut Society 5.0”. Tema tersebut bermaksud untuk menyiapkan FT UGM dalam mencetak generasi muda yang lebih siap menghadapi dinamika perkembangan teknologi dalam masyarakat global tanpa adanya sekat pembatas.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN Eng., menyebut tema tersebut akan sejalan skema pembelajaran campuran yang akan diterapkan pasca Covid-19 nanti. Pembelajaran daring yang mulai dilaksanakan sejak pandemi dimulai akan dipertahankan dan dikombinasikan dengan pembelajaran tatap muka. Dengan demikian, pemanfaatan teknologi menjadi suatu keharusan dalam mendukung kegiatan belajar mengajar.
Panut juga mengungkapkan UGM juga telah menyusun kerangka dasar kurikulum baru tentang hal tersebut dalam Peraturan Rektor No. 14 Tahun 2020. Peraturan tersebut menyusul terobosan baru dari Kemdikbud dan Dikti tentang Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Ia juga menyebut buku panduan juga telah disusun dan satgas terkait juga dibentuk.
“Harapannya hal ini akan mendukung society 5.0, yang intinya dalam pengembangan teknologi, manusia menjadi pertimbangan utama. Pengembangan suatu sistem harus mempunyai tujuan untuk kesejahteraan manusia. Jika modal sosial, kreativitas, inovasi, dan kolaborasi yang telah mendapat momentum dari Covid-19 dapat terus dipertahankan di masa normal baru, maka tidak tertutup kemungkinan bangsa indo menjadi bangsa adidaya teknologi dan ekonomi di dunia,” tuturnya.
Sementara itu, Nadiem dalam pidatonya menyatakan setuju dengan tema HTTP kali ini. Selain karena sesuai dengan program dari Kemdikbud dan Dikti, ia menyebut tema tersebut juga mencerminkan kondisi masyarakat terkini.
“Hasil riset McKinsey memprediksi 10 tahun mendatang setidaknya 23 juta pekerjaan di Indonesia akan digantikan dengan automasi. Namun, diprediksikan pula potensi munculnya 46 juta pekerjaan baru, yang di antaranya bahkan belum tercipta sekarang. Oleh karenanya kita memunculkan terobosan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka,” terangnya.
Melalui terobosan tersebut, Nadiem menyebut Kemdikbud berupaya mendobrak tembok-tembok sempit yang membatasi mahasiswa. Mahasiswa diberi ruang luas untuk memperoleh kompetensi melalui pengalaman di luar kampus. Mereka dapat menggali pengalaman di dunia industri, penelitian, maupun kewirausahaan.
Terakhir, Nadiem menyampaikan harapannya kepada UGM, serta FT UGM pada khususnya. Ia menuturkan bahwa berdirinya FT 75 tahun lalu yang dimulai dari Sekolah TInggi Teknik, membuktikan tekad pantang menyerah dari para inisiatornya. Mereka memberi kesempatan kepada saudara sebangsa untuk mengenyam pendidikan sampai jenjang tertinggi di masa-masa yang tidak mudah kala itu.
“Semangat mereka untuk merdeka dalam belajar dan berdaulat itu perlu diwarisi oleh FT UGM dan seluruh warganya. Termasuk dalam menyambut era disrupsi ini, mari bersama-sama mentransformasi pendidikan tinggi kita agar lebih maju lagi. Semua ini hanya dapat kita lakukan dengan semangat gotong royong untuk mencapai satu tujuan, Indonesia maju. Bersama kita mendobrak tembok-tembok yang membatasi mahasiswa dan dosen. Salam kampus merdeka!” pungkasnya.
Penulis: Hakam