UGM terus mengembangkan GeNose C-19 alat skrining Covid-19 melalui embusan nafas.
“Pengembangan GeNose terus dilakukan dan riset terus dikerjakan sambil kami menuntaskan beberapa manuskrip publikasi hasil uji profiling dan uji diagnostik pre-marketing,”kata tim pengembang GeNose C-19, dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, M.Sc, Sp.A, Ph.D, saat dihubungi Jumat (19/2).
Dian mengatakan saat ini proses pengembangan GeNose C19 menuju tahapan uji validasi eksternal sebagai bagian dari uji diagnostik post marketing. Menurut rencana validasi eksternal secara independen oleh tim peneliti dari institusi non-UGM akan berlangsung sekitar bulan Maret-April 2021.
Selain itu, melaksanakan validasi eksternal secara bertahap pihaknya terus melakukan pengembangan kecerdasan buatan (Artificial Intellegent). Tak ketinggalan pengembangan desain antar muka pengguna (user interface) dirancang semakin memudahkan pengguna atau bersifat user friendly.
“Pengembangan dan evaluasi SOP untuk pelaksanaan skrining juga kita lakukan,”imbuhnya.
Saat ini, GeNose C19 telah secara aktif digunakan di RS Bhayangkara Yogyakarta, RSUP dr. Sardjito, dan RSA UGM. Berikutnya akan segera beropersional di RS DKT DR. Soetarto, RSPAU dr.S.Hardjolukito, dan RS Lapangan Khusus Covid Bambanglipuro Bantul.
Disamping digunakan sebagai alat skrining di rumah sakit, saat ini GeNose C19 juga telah digunakan untuk skrining penumpang kereta api di delapan stasiun yaitu Stasiun Tugu, Stasiun Senen, Stasiun Gambir, Stasiun Solo Balapan, Stasiun Bandung, Stasiun Cirebon, Stasiun Tawang Semarang, dan Stasiun Pasar Turi Surabaya. Proses implementasi ini masih terus dikawal, dievaluasi dan menjadi material penyempurnaan GeNose C19.
Seperti diketahui, GeNose C19 merupakan inovasi pertama di Indonesia yang digunakan untuk pendeteksian Covid-19 melalui embusan nafas yang aplikasinya terhubung dengan sistem cloud computing dan artificial intelligence untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time. Alat ini diharapkan dapat memutus penyebaran Covid-19 dengan keunggulan cepat melakukan deteksi, akurasi tinggi, non invasive, serta biaya uji relatif murah.
Penulis: Ika