• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Perlu Upaya Serius dan Terintegrasi untuk Mengatasi Banjir

Perlu Upaya Serius dan Terintegrasi untuk Mengatasi Banjir

  • 22 Februari 2021, 20:30 WIB
  • Oleh: Gloria
  • 5562
  • PDF Version
Perlu Upaya Serius dan Terintegrasi untuk Mengatasi Banjir

Pakar hidrologi UGM, Dr. Mohammad Pramono Hadi, M.Sc., menyebut upaya mengatasi banjir memerlukan pembiayaan yang relatif besar. Karena itu, upaya ini perlu dilakukan secara serius dengan melibatkan berbagai pihak termasuk masyarakat dan pihak swasta.

“Mitigasi banjir memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dan terintegrasi,” ucapnya.

Ia menerangkan, mitigasi banjir dapat dilakukan dengan sejumlah cara, salah satunya dengan pembangunan infrastruktur pengendali banjir seperti tanggul sungai ataupun waduk, di samping upaya lain seperti penerapan early warning system dan pengembangkan soft skill masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana.

Salah satu faktor risiko bencana hidrologis, terangnya, adalah karakteristik tanah yang menentukan kemampuannya dalam meresap air hujan. Tanah pasir, misalnya, memiliki kemampuan penyerapan air yang lebih baik dibandingkan dengan tanah lempung. Karena itu, secara alamiah daerah tertentu dapat memiliki potensi banjir yang lebih tinggi dibanding daerah lainnya.

Meski demikian, kapasitas penyerapan air ini dapat berkurang, misalnya ketika di tanah tersebut dibangun pemukiman atau infrastruktur lainnya.

“Di Jogja banyak tanah pasir tetapi karena di atasnya ditutup pemukiman sehingga kedap air maka sama saja seperti lempung, ketika hujan tidak menyerap air tetapi menghasilkan runoff,” terangnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, banjir terjadi ketika zona timbunan tidak mampu lagi menimbun air yang jatuh sebagai hujan, sementara proses peresapan sudah maksimum. Karena itu, satu-satunya upaya untuk mengurangi banjir adalah dengan mewadahi lebihan air dengan tampungan-tampungan.

Dalam kasus banjir di Jakarta, ia menyebut bahwa potensi bencana hidrologis di daerah tersebut sebenarnya sudah diketahui sejak daerah tersebut masih dikenal dengan nama Batavia.

Pemerintahan Belanda saat itu, terangnya, telah mengenali potensi ini dan membangun lebih dari seribu waduk di daerah lereng.

“Tapi kita tahu ada proses alami seperti erosi, sedimentasi, sehingga waduk semakin lama semakin penuh dengan endapan dan akhirnya tidak dapat berfungsi menampung air. Banjir di Jakarta semakin parah karena fungsi proteksi yang dulu dibangun tidak ada gantinya bahkan sudah beralih fungsi,” kata Pramono.

Karena itu, diperlukan sejumlah upaya seperti revitalisasi bendungan yang dapat menahan air hujan agar tidak membanjiri kawasan pemukiman.

“Rekayasa engineering menjadi kunci ketika kawasan sudah terlalu padat dan terlalu mahal untuk memindahkan warga,” imbuhnya.

Mengingat sejumlah daerah di Indonesia kerap mengalami cuaca ekstrem berupa hujan lebat maupun kekeringan, idealnya kelebihan air dari musim penghujan dapat ditampung untuk digunakan di musim kemarau.

Meski demikian, menurutnya saat ini Indonesia belum siap untuk melakukan hal ini karena infrastruktur yang kurang memadai. Di samping mengupayakan mitigasi melalui pembangunan fisik, upaya lain yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai risiko banjir dan longsor pada musim penghujan di daerah-daerah yang rawan.

Pemerintah menurutnya perlu menjalankan program edukasi secara sistemik sampai kepada aparat di tingkat terkecil seperti RT/RW.  

“Harus diberi pemahaman sampai kepada dukuh ataupun RT, bahwa ketika terjadi hujan ekstrem itu bisa menyebabkan longsor dan banjir. Artinya pada kondisi hujan deras jangan sampai tertidur pulas, masyarakat harus waspada,” jelas Pramono.

Edukasi semacam ini, lanjutnya, memang memerlukan upaya yang besar, namun bisa jadi cukup efektif. Ia mencontohkan edukasi yang diberikan kepada warga di sekitar lereng Gunung Merapi, telah menjadi bagian dari muatan lokal di sekolah dan bahkan bagian dari budaya masyarakat.

Hal ini menurutnya tidak terlepas dari upaya kolektif masyarakat untuk bersama-sama mencegah bencana, melalui komunikasi dan upaya saling mengingatkan dari perangkat desa dan masyarakat.

“Ini kadang kita abai karena bencana hanya sesaat, di antara 365 hari dalam setahun hujannya hanya dua hari. Tapi edukasi benar-benar dibutuhkan, dan ini harus dilakukan secara kolektif oleh kelompok masyarakat, tidak bisa masing-masing individu,” katanya.

 

Penulis: Gloria

Berita Terkait

  • Perlu Upaya Serius dan Terintegrasi untuk Mengatasi Banjir

    Monday,22 February 2021 - 20:30
  • Pakar UGM Beri Masukan Mengatasi Banjir Jakarta

    Wednesday,23 January 2013 - 15:38
  • Agus Maryono Raih Penghargaan Penulis Artikel Terbaik Nasional ke-PU-an 2009

    Monday,07 December 2009 - 16:14
  • IABI: Banjir Bandung Akibat Konversi Lahan DAS Citarum

    Tuesday,25 October 2016 - 14:17
  • Kota Semarang Waspadai Banjir Bandang DAS Garang

    Monday,02 January 2012 - 10:43

Rilis Berita

  • Epilepsi dan Penanganannya 28 June 2022
    Epilepsi atau banyak dikenal sebagai ayan adalah gangguan kelistrikan yang terjadi di dalam otak.
    Satria
  • UGM Dukung Mitigasi Perubahan Iklim Lewat Kegiatan Tridarma 27 June 2022
    UGM menyatakan komitmennya dalam upaya mendukung mitigasi perubahan iklim akibat pemanasan global
    Ika
  • Peneliti UGM Beri Masukan Terkait Pengelolaan Cukai Tembakau ke BAKN DPR 27 June 2022
    Universitas Gadjah Mada menerima kunjungan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (B
    Gloria
  • Epidemiolog UGM: Lonjakan Kasus Covid-19 Akibat Klaster Libur Lebaran dan Varian Omicron Baru 27 June 2022
    Belakangan ini jumlah kasus harian Covid-19 lebih dari 2,000 kasus. Total jumlah kasus aktif hing
    Gusti
  • Dosen UGM Hadiri Pertemuan Pakta Pelarangan Senjata Nuklir di Wina Austria 27 June 2022
    Dosen Departemen Hubungan Internasional, Fisipol UGM, Drs. Muhadi Sugiono, M.A., menghadiri 
    Gusti

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual