Mayoritas negara-negara di dunia baru-baru ini melaporkan penurunan angka penularan kasus baru Covid-19, termasuk Indonesia. Beberapa faktor diduga berkontribusi terhadap penurunan angka Covid-19, di antaranya kepatuhan masyarakat mentaati protokol kesehatan, taat menjalankan kebijakan PSBB atau PPKM. Selain itu, juga telah dilaksanakan program vaksin, undertesting di beberapa daerah, serta perubahan perilaku masyarakat dalam meningkatkan sistem imun melalui pola hidup sehat seperti diet seimbang dan aktivitas fisik yang cukup.
Menurut pakar nutrisi dan gizi UGM, Dr. Toto Sudargo, SKM., M.Kes., meski terjadi penurunan tetapi hingga saat ini belum bisa dijelaskan sebab kausal mengapa angka penularan kasus Covid-19 tersebut mengalami penurunan. Meski begitu masyarakat diharapkan tidak boleh lengah dengan berita baik ini dan tetap harus menerapkan protokol kesehatan dan menjaga sistem imun salah satunya dengan melalui pemenuhan gizi yang baik.
“Hal ini dikarenakan virus Covid-19 terus bermutasi seiring penyebarannya dan meskipun vaksin telah ditemukan, keefektivitasannya terhadap varian yang baru masih belum diketahui,” katanya di FKKMK UGM, Selasa (23/2).
Menurutnya, bagaimanapun sistem imun berperan melindungi host (dalam hal ini manusia) dari infeksi agen baik virus, bakteri, jamur, maupun parasit. Status gizi merupakan faktor penting pada sistem imun, apabila gizi seseorang berkurang maka akan mengalami penurunan fungsi imun karena kurang asupan energi dan zat gizi makro dan/atau defisiensi zat gizi mikro.
“Selain itu, pada masa infeksi akan terjadi peningkatan kebutuhan energi yang berarti kita harus meningkatkan asupan untuk aktivasi sistem imun optimal,” tuturnya.
Dijelaskannya, asupan gizi yang adekuat dibutuhkan sel untuk berfungsi optimal, termasuk pada sistem imun. Prinsip pemenuhan gizi yang baik adalah nutrisi makanan yang dikonsumsi harus dapat menenuhi kebutuhan orang tersebut.
Nutrisi dalam hal ini mencakup zat gizi makro dan mikro yang dapat diperoleh dari konsumsi makanan yang cukup dan bervariasi. Sayangnya, asupan gizi yang baik cenderung belum dilakukan oleh mayoritas masyarakat Indonesia yang dikarenakan faktor sosial ekonomi, ketersediaan bahan makanan yang tidak merata, dan kurangnya edukasi terkait gizi yang baik.
Dalam situasi saat ini, masyarakat diharapkan bisa mencukupi dengan standar gizi yang sederhana. Gizi sederhana ini adalah dengan kecukupan mengonsumsi makanan sesuai tumpeng gizi seimbang, dengan menekankan pada diet tinggi buah dan sayur, yaitu zat-zat gizi spesifik semisal vitamin C, E, A dan lain-lain yang terkandung dalam sayur dan buah yang berperan langsung dalam berbagai kegiatan sistem imun.
“Asupan serat yang sering kali masih kurang di masyarakat kita perlu diperhatikan karena serat adalah sumber prebiotik yang merupakan makanan untuk mikrobiota baik (probiotik) pada sistem pencernaan. Kondisi keseimbangan bakteri pada sistem saluran cerna dapat mengirimkan sinyal dan mempengaruhi sistem imun tubuh,”ucapnya.
Selain menerapkan pola gizi seimbang, kata Toto, pola hidup lain yang perlu diperhatikan di antaranya adalah menerapkan pola aktivitas fisik di tengah anjuran WFH, yaitu dengan melakukan aktivitas fisik sedang minimal 30 menit per hari. Demikian pula dengan mengonsumsi suplemen zat gizi mikro seperti zinc, selenium, vitamin C, D untuk menjaga sistem imun, di samping menerapkan praktik higiene sanitasi yang baik.
Pemenuhan gizi, baik zat gizi makro maupun mikro dapat diperoleh dari beragam bahan makanan yang tidak harus mahal. Dicontohkan seperti protein merupakan zat gizi yang seringkali masyarakat kurang adekuat dalam mengonsumsinya karena persepsi hanya dapat diperoleh dari daging sapi, padahal dapat diperoleh dari telur dan sumber nabati seperti tahu dan tempe tempe. Sumber karbohidrat selain dari nasi dapat juga dari singkong, umbi-umbian, jagung.
Demikian pula dengan vitamin C tidak harus dari jeruk atau lemon, tapi kandungan vitamin C yang sama dapat ditemukan di buah pepaya yang lebih terjangkau. Kandungan Zinc pada tahu adalah sebanyak 72 persen kandungan pada daging sapi per 100 gram, dan zinc ini dapat menghambat sintesis dan replikasi virus, serta meningkatkan sistem pertahanan tubuh.
“Konsumsi ikan laut juga sangat disarankan sebagai alternatif bahan pangan terjangkau karena kandungan protein dan asam amino esensial, serta asam lemak yang dapat bersifat anti-viral melalui pencegahan replikasi virus,” jelasnya.
Ditandaskan Toto yang tak kalah menarik untuk diperhatikan adalah metode pengolahan bahan makanan/ minuman yang bisa berpengaruh terhadap kandungan zat gizi makanan. Secara umum, memasak suatu bahan makanan terutama sayur/ buah dapat mempengaruhi beberapa zat gizinya, sebagai contoh kandungan vitamin C dan B akan rusak/ berkurang saat dipanaskan.
“Untuk itu sangat dianjurkan dengan cara dikukus daripada direbus. Apabila memasak dengan cara menumis/ berkuah, dianjurkan mengkonsumsi airnya. Saat memasak daging atau ikan masaklah sampai matang namun jangan sampai overcook untuk menghindari hilangnya/ terurainya nutrisi,”tandasnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Hello Sehat