Di Indonesia sampah masih dipandang sebagai sumber masalah. Dalam pengelolaannya, ia tidak hanya melibatkan hal-hal bersifat teknis, namun meliputi pula aspek sosial dan ekonomi. Sejak awal tahun 2006, Jurusan Teknik Kimia FT UGM bekerja sama dengan beberapa mitra yang memiliki visi sama mengembangkan konsep Waste Refinery Program.
Konsep Waste Refinery Program merupakan paradigma baru dalam pengelolaan sampah. Sampah dinilai sebagai bahan baku potensial untuk diolah kembali sebagai produk bernilai tambah. Ia bisa dimanfaatkan sebagai energi sampai pada produk-produk recycle.
Untuk program tersebut, Swedia dipandang sebagai salah satu negara yang sangat berhasil dalam hal pengelolaan sampah. Atas keberhasilannya itu, Jurusan Teknik Kimia FT UGM pun menggandengnya sebagai mitra untuk mengadopsi program tersebut dalam konteks kebutuhan dan masalah lokal di Indonesia.
“Diharapkan, dengan kerjasama yang dijalin ini, kita dapat belajar dari Swedia yang sudah banyak pengalaman dalam pengelolaan sampah. Kita dapat belajar dari permasalahan yang pernah mereka hadapi dan juga kegagalan-kegagalan yang pernah dialaminya,†ujar Ir. Siti Syamsiah, Ph.D, ketua Tim Jurusan Teknik Kimia FT UGM, Selasa (18/3).
Kerjasama Waste Refinery Program dimulai pada tahun 2006 dengan dukungan dana dari Swedish International Development Agency (SIDA). Tim Jurusan Teknik Kimia FT UGM pun belum lama ini menandatangani Letter of Agreement (LoA) dengan Swedia terkait pembangunan Waste Refinery Network di Indonesia.
Untuk kerjasama ini, Swedia diwakili oleh sebuah pusat unggulan Waste Refinery : The Swedish National Testing and Research Institute, University College of Borås, Chalmers University of Technology, Borås Municipality, dan beberapa perusahaan. Sementara itu, pihak Indonesia diwakili Jurusan Teknik Kimia, UGM sebagai center institution, serta Sekretaris Bersama Kartamantul DIY dan Pemda Sleman sebagai pihak-pihak yang akan mengimplementasikan di lapangan.
Sebagai realisasi kerjasama tersebut, tanggal 17 s.d 21 Maret 2008, Prof. Mohammad Taherzadeh dari University College of Borås dan Mr. Olle Engstrom dari Pemerintahan Kota Borås, melakukan kunjungan ke Yogyakarta. Selasa (17/3), Tim Swedia didampingi Tim Jurusan Teknik Kimia FT UGM yang dipimpin oleh Ir. Siti Syamsiah, PhD melakukan audiensi dengan Tim Bappeda Sleman dan Bupati di Kantor Bappeda Sleman.
“Dalam audiensi itu, dibahas Work plan rencana pengembangan sistership antara Kabupaten Sleman dengan Kota Boras di Swedia,†terang Siti Syamsiah di FT UGM.
Dalam kunjungan selama lima hari ini, dijadwalkan pula pertemuan dengan Kementerian Luar Negeri (Bagian Kerjasama), Kementerian Pendidikan Nasional, dan Kementerian Dalam Negeri di Jakarta, dengan bertindak selaku fasilitator Kedutaan Besar Indonesia untuk Swedia. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk memformalitaskan kerjasama dan rencana pembentukan jejaring (network) dengan 10 Pemerintah Daerah di Indonesia (Medan, Padang, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Pontianak, Banjarmasin, Makassar, Ambon, Jayapura) terkait Waste Refinery Management.
“Sedangkan di bulan September mendatang, Jurusan Teknik Kimia FT UGM akan bertindak sebagai tuan rumah untuk workshop dengan perwakilan-perwakilan dari propinsi-propinsi tersebut. Direncanakan pula kunjungan studi banding perwakilan dari propinsi-propinsi tersebut ke Swedia pada bulan Mei 2008,†tandas Siti.
Lebih lanjut, Siti Syamsiah menjelaskan dari sisi akademik salah satu kegiatan yang sudah berjalan program ini adalah pertukaran pelajar, dalam hal ini mahasiswa UGM berkesempatan melakukan tugas akhir mereka di Swedia selama 6 bulan. Tercatat, 2 mahasiswa S1 dari Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, UGM di Chalmers University of Technology dan 4 mahasiswa S2 dari program MST, Fakultas Teknik, UGM di University College of Borås.
“Bahkan dua mahasiswa dari Fak. Teknik menerima beasiswa untuk belajar S2 di University College of BorÃ¥s pada program â€Resource Recoveryâ€. Beasiswa ini merupakan dana kolektif dari beberapa perusahaan dan institusi di kota BorÃ¥s,†tukas Siti Syamsiah. (Humas UGM)