Tour De Singkarak menjadi salah satu ikon pariwisata Sumatra Barat. Tour De Singkarak sebagai event dipilih terinspirasi oleh ikon event Tour De France yang ada di Perancis dengan harapan mampu membawa pariwisata Sumatra Barat semakin berkembang dan menjadi kekhasan.
“Jika pada awalnya ketika tahun 2009, event ini pertama kali dilaksanakan hanya untuk Sumatra Barat, maka di tahun 2019 event ini sudah lebih berkembang dengan melibatkan kabupaten yang ada di Propinsi Jambi,” ujar Dr. Retnaningtyas Susanti, Dosen Jurusan Pariwisata, Fakultas Pariwisata dan Perhotelan Universitas Negeri Padang, Selasa malam (23/2).
Menjadi pembicara Serial Seminar Nasional Kepariwisataan Indonesia Dalam Berbagai Perspektif Seri#9 bertema Pariwisata Tour De Singkarak: Memudarnya Sebuah Harapan?, yang diselenggarakan Program Studi Kajian Pariwisata Sekolah Pascasarjana UGM, Retnaningtyas menyebut tema Tour De Singkarak semakin berkembang. Event olahraga yang menjadi objek wisata inipun pada akhirnya tidak hanya menjadi ikonnya Sumatra Barat melainkan menjadi connecting Sumatra.
“Berharap seperti itu melalui Singkarak menghubungkan semua wilayah yang ada di Sumatra. Tetapi itu jelas perlu proses karena di Sumatra Barat sendiri pun event ini masih mengundang pro dan kontra di masyarakat,” katanya.
Membahas Tour De Singkarak dan pariwisata secara umum, katanya, pada intinya adalah membahas kegiatan olahraga yang dijadikan sebagai atraksi wisata. Di dalamnya membahas dua kegiatan yaitu kegiatan yang bersifat aktif dan pasif. Aktif, memperlihatkan orang datang dan mengikuti event, sementara kegiatan pasif mereka datang hanya untuk menonton.
Event seperti ini, menurutnya, mirip seperti ketika orang datang ke Mentawai, terutama untuk wisman yang hanya untuk mencari ombak besar dan itu artinya mereka menjadi wisatawan aktif. Atau seperti balap Moto GP di Sepang, Malaysia misalnya mereka datang tidak untuk ikut balapan tetapi hanya menonton.
“Meski tiket yang harus dibayarkam untuk hotel, pesawat, tiket masuk termasuk mahal, tetapi orang-orang akan tetap menonton karena berkelas dunia. Terkait penelitian saya terhadap Tour De Singkarak pada tahun 2015, itu lebih banyak mengungkap bagaimana kontribusi Tour De Singkarak terhadap kualitas infrastruktur pariwisata di Sumatra Barat, serta efektivitas Tour De Singkarak dalam meningkatkan kualitas objek pariwisata di Sumatra Barat,” paparnya.
Dijelaskannya, masyarakat merasakan betul manfaat atas kehadiran event semacam ini. Setidaknya mereka bisa merasakan infrastruktur jalan dan tempat wisata yang semakin bagus. Sebab sebelum dilaksanakan Tour De Singkarak, biasanya pemerintah kabupaten/ kota melakukan perbaikan jalan, dan di beberapa titik dilakukan pembangunan jalan baru.
“Bahkan ketika ada beberapa jalan rusak di Sumatra Barat yang sudah lama tidak diperbaiki dipilih untuk dipakai jalur Tour De Singkarak, maka pada akhirnya mau tidak mau menjadikan PU melakukan perbaikan di jalan tersebut,” jelasnya.
Sejarah dari Tour De Singkarak pertama kali event ini digelar pada tahun 2009 hingga tahun 2019. Pada tahun 2020 berhenti karena pandemi Covid-19, dan di tahun 2021 ini rencanakan akan dilaksanakan kembali pada tanggal 12 September 2021.
Awalnya event ini hanya terdiri dari 4 etape, kemudian berkembang dan paling akhir terdiri dari 9 etape. Dari sisi partisipasi kabupaten/ kota dari tahun 2009 sampai 2015 terjadi peningkatan terutama pada tahun 2014, tetapi sempat mengalami penurunan dan naik kembali di tahun 2017.
“Disinilah tadi judul apakah memudarnya sebuah harapan itu muncul terkait partisipasi. Karena beberapa kabupaten/ kota, utamanya Dinas Pariwisatanya sempat saya tanya ketika penelitian ini selesai di tahun 2017, sudah sekian lama Tour de Singkarak dilaksanakan sepertinya tidak ada peningkatan jumlah kunjungan wisata yang signifikan. Meski data BPS yang biasa menampilkan tren peningkatan jumlah pengunjung, tetapi justru dinas pariwisata meragukan apakah itu karena Tour de Singkarak? Disitulah mungkin tanda tanyanya,” katanya.
Meski begitu, kata Retnaningtyas, keberadaan event ini tetap memberi multiplayer efek, setidaknya terhadap transportasi dan kualitas penataan pariwisata di Sumatra Barat. Bahkan, ia berharap suatu ketika Tour De Singkarak bisa seperti Tour De France di Perancis.
“Salah satu yang menarik dari event ini semakin dipercepatnya infrastruktur pembangunan jalan untuk Tour De Singkarak, dan masyarakat ikut menikmati jalan yang bagus. Dengan TDS kualitas wisata semakin bagus, dan wisatawan nyaman untuk berkunjung,” tuturnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Majalah Venue