• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Epidemiolog UGM : Cuti Bukan Berarti Berhenti dari Upaya Mencegah Transmisi Covid-19

Epidemiolog UGM : Cuti Bukan Berarti Berhenti dari Upaya Mencegah Transmisi Covid-19

  • 25 Februari 2021, 15:19 WIB
  • Oleh: Agung
  • 15710
  • PDF Version
Epidemiolog UGM : Cuti Bukan Berarti cuti dari Upaya Mencegah Transmisi

Pemerintah telah menyepakati dan menetapkan perubahan cuti bersama di tahun 2021. Kesepakatan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 menteri.

Pemangkasan cuti ini tertuang dalam SKB Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 281 Tahun 2021, Nomor 1 Tahun 2021, Nomor 1 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 642 Tahun 2020, Nomor 4 Tahun 2020, Nomor 4 tahun 2020 Tentang Hari libur Nasional dan Cuti Bersama tahun 2021.

dr. Riris Andono Ahmad, MPH., Ph.D, Epidemiolog UGM, sepakat dengan kebijakan pemerintah melakukan pemotongan cuti bersama dari tujuh hari menjadi hanya dua hari. Menurutnya, pemotongan cuti ini sebagai salah satu upaya mencegah melonjaknya kasus penularan Covid-19.

Berkaca pada libur panjang di hari besar tahun lalu (2020) maka terbaca pergerakan masyarakat berdampak pada melonjaknya kasus positif Covid-19. Dengan pemotongan cuti libur bersama maka akan membatasi pergerakkan orang.

“Berdasarkan pengalaman libur panjang itu meningkatkan kasus secara signifikan. Sejak Lebaran Juli 2020, Agustus 2020, kemudian Oktober dan Desember 2020 lonjakan-lonjakan kasus itu terjadi pasca libur, apakah itu libur cuti bersama atau libur hari besar nasional. Makanya di akhir tahun 2020, pemerintah kemudian memotong cutinya juga, jadi kebijakannya atas dasar itu," katanya di Kampus UGM, Kamis (25/2).

Menurut Riris letak permasalahan sesungguhnya bukan pada memotong atau tidak libur cuti bersama, melainkan lebih pada persepsi masyarakat terhadap cuti itu sendiri. Karena kurang paham, mereka tidak mengerti bila cuti itu bukan berarti cuti dari mencegah transmisinya.

Bahkan, sebagian berpendapat dengan cuti boleh melakukan mobilitas lebih bebas dan bisa melakukan apa saja, seperti berkumpul-kumpul dalam kerumunan. Padahal, yang harus dipahami cuti  itu berarti cuti dari bekerja, semisal yang bekerja dari rumah maka cuti itu tidak bekerja tetapi kemudian mengerjakan yang lain seperti hobi dan lain-lain di rumah.

“Kalaupun kemudian mau berwisata mestinya ya mencari tempat-tempat yang tidak besar kerumunannya atau tempat terbuka yang tidak besar kerumunannya. Tetapi sebaiknya tidak harus melakukan berkumpul, mengunjungi satu sama lain dan seterusnya," katanya.

Riris berpendapat problemnya lebih ke mobilitas karena cuti bersama itu meningkatkan mobilitas yang sangat signifikan. Jika sudah seperti itu biasanya kecenderungannya berkumpul, ketemu orang dan kemudian perhatian terhadap 3 M menjadi turun dan tidak bisa diterapkan secara konsisten.

“Sama juga ketika orang melakukan olahraga bersepeda bersama, bersepedanya tidak masalah tapi begitu berhenti di suatu tempat, berkumpul, ngobrol itu yang menjadi masalah," paparnya.

Menurutnya, libur membuat kecenderungan protokol kesehatan menjadi lebih sulit untuk dilakukan, dan bila kemungkinan memperpanjang waktu liburan maka akan memperpanjang kesulitan pula. Meski telah ada kebijakan pemangkasan masa libur, hal tersebut tidak  menjamin mampu menekan angka penularan Covid-19.

Satu-satunya yang bisa menjamin menurunkan angka penularan adalah jika semua pihak bisa memastikan bahwa masyarakat tidak bergerak melakukan mobilitas. Misalnya pemerintah menemukan cara untuk memaksa orang tidak bergerak maka angka penularan Covid-19 dijamin akan mengalami penurunan.

“Jadi, jaminannya disitu bukan pada kebijakan. Kebijakan itu tidak bisa memberikan jaminan angka penularan akan bisa ditekan," ucapnya.

Sekali lagi ia menandaskan bahwa peningkatan itu sangat tergantung dari dinamika interaksi sosial di sebuah populasi. Kasus-kasus di Jakarta dengan di Jogja dan di Kulon Progo akan jauh berbeda.

“Jadi, jumlah populasi penduduk, densitasnya, pola mobilitas, kepatuhan terhadap protokol, kemudian apakah banyak aktivitas di dalam ruangan atau tidak itu akan sangat berpengaruh," tandasnya.

Penulis : Agung Nugroho
Foto : batam.tribunnews.com

Berita Terkait

  • Epidemiolog UGM Ingatkan Potensi Munculnya Klaster Pengungsian di Tengah Pandemi Corona

    Wednesday,16 September 2020 - 16:03
  • Epidemiolog UGM: Mobilitas Penduduk Harus Dihentikan Untuk Cegah Transmisi Covid-19

    Tuesday,22 September 2020 - 10:44
  • Epidemiolog UGM Minta Kebijakan Larangan Mudik Lebaran Dibarengi Pembatasan Mobilitas

    Friday,23 April 2021 - 13:57
  • Epidemiolog UGM: Mobilitas dan Ketidakpatuhan Prokes Sebabkan Kasus Covid-19 Meningkat Pasca Lebaran

    Friday,11 June 2021 - 7:34
  • Epidemiolog UGM Jelaskan Penyakit Yang Mengintai Saat Musim Hujan

    Monday,08 November 2021 - 18:28

Rilis Berita

  • UGM Manfaatkan Lahan Tidur di Klaten Untuk Pengembangan Padi Unggul 18 May 2022
    Fakultas Pertanian UGM berkolaborasi dengan Taman Sehat Rejosari (Tasero) Delanggu Klat
    Gusti
  • Tim Catur UGM Raih Prestasi di GACC ke-25 di University of Malaya 18 May 2022
    Tim Catur UGM berhasil meraih sejumlah prestasi membanggakan dalam kejuaraan 25th Grand Asian Che
    Agung
  • Menteri PPPA Apresiasi Upaya UGM Tangani Kekerasan Seksual 17 May 2022
    Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, S.E, M.Si, m
    Gloria
  • UTBK di UGM Diikuti 12.232 Peserta 17 May 2022
    Sebanyak 12.232 peserta mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Gadjah Mada
    Ika
  • Pengamat UGM Bicara Soal Penyesuaian Tarif Listrik Progresif 17 May 2022
    Beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Bins
    Agung

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 30May International Academic Conference on Tourism (INTACT) 2022 ...
  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual