Yogya, KU
Badan karantina akan melakukan pengawasan yang cukup ketat dan cermat dalam menjaga lalu lintas komoditas barang yang masuk ke Indonesia. Hal ini terkait dengan ancaman hama penyakit yang datang dari luar di beberapa komoditas diantaranya salah satunya, masuknya produk daging sapi olahan berupa meat bone meal (MBM) sebagai bahan baku pakan ternak yang dibuat dari tepung dan tulang sapi yang berasal dari negara Eropa yang mengandung prion. Seperti diketahui, prion merupakan bahan infeksius yang berasal dari penyakit sapi gila (mad cow).
“Ada sekitar 112 peti kemas (container) yang kita tahan, masuk ke Indonesia melalui sertifikat tumbuhan bukan menggunakan sertifikat hewan, ini yang malah sukar, jika hal ini kita tidak kita cermati dan lolos maka peluang masuknya ancaman penyakit sapi gila ini akan semakin besar,†ujar Kepala Badan Karantina Pertanian Ir Syukur Iwantoro, MS MBA usai melakukan penandatanganan nota kesepahaman kerjasama dengan UGM dalam hal Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan, Rabu (19/9) di Ruang Sidang Pimpinan UGM.
Diakui Syukur, terdapat 704 pelabuhan sebagai pintu masuk dan keluar komoditas barang perdagangan yang dijaga oleh petugas karantina. Semua di dukung 84 unit pelayanan teknis karantina hewan maupun tumbuhan dan telah dilengkapi fasilitas laboratorium.
Selain itu, tambah Syukur, ancaman lain seperti virus Rice Stripe Virus (RSV) pada benih padi hibrida juga mengancam Indonesia. Beberapa jenis padi hibrida yang berasal dari India, China dan Filipina diyakini yang positif mengandung virus tersebut.
“Apabila padi sudah terkena virus ini, akan nampak bulir padi yang muncul tapi tidak ada isinya,†ujarnya.
Syukur pun mengingatkan kepada para importir dalam negeri yang mau memasukkan benih padi hibrida dari China, India dan Filipina maka wajibkan untuk dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu dengan jalan pihak karantina mengirimkan petugas ke China dan India, apakah benih benih tersebut berasal dari daerah bebas virus atau tidak.
“Pernah sekali benih padi yang terkena virus RSV ini masuk ke Indonesia lewat pelabuhan tanjung priuk tapi dapat kita tahan dan langsung dimusnahkan, sejauh ini Indonesia masih bebas RSV dan penyakit sapi gila,†tegasnya.
Sementara Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi, M.Eng, Ph.D dalam sambutannya menyambut baik atas terselenggaranya nota kesepahaman ini terkait dengan upaya modernisasi karantina.
“Mengingat saat ini sudah semakin banyak muncul penyakit-penyakit baru di Indonesia yang datang dari luar, sehingga kerjasama UGM dan Karantina ini dapat bahu membahu secara kolektif melalui ilmu pengetahuan dan sumberdaya yang dimiliki dalam rangka menangkal ancaman tersebut,†katanya.
Turut hadir menyaksikan penandatangann nota kesepahaman ini diantaranya Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UGM Prof. Dr. Retno Sunarminingsih, M.Sc Apt., Wakil Rektor Bidang Alumi dan Pengembangan Usaha UGM Dr Ir Toni Atyanto Dharoko M.Phil, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan UGM Prof drh Charles Rangga Tabbu MSc PhD, Wakil Dekan Bidang Bidang Akademik Kemahasiswaan dan Jaminan Mutu Fakultas Kedokteran Hewan UGM Prof Dr drh Bambang Sumiarto, SU MSc dan beberapa dosen dari Fakultas Kehutanan, Fakultas Pertanian dan Fakultas MIPA. (Humas UGM)