• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Bali Perlu Merefleksikan Tipologi Ekowisatanya

Bali Perlu Merefleksikan Tipologi Ekowisatanya

  • 25 Maret 2021, 10:43 WIB
  • Oleh: Satria
  • 10103
  • PDF Version
       Bali Perlu Merefleksikan Tipologi Ekowisatanya

Pariwisata masih menjadi sektor penyedia kesempatan kerja terbesar di Bali dan berkontribusi tinggi pada ekonomi Bali secara umum. Perkembangan kepariwisataan Bali dalam dua dekade terakhir (2000-2019) tetap didominasi oleh produk berupa atraksi-atraksi mass tourism. Salah-satu kecenderungan yang cukup menonjol dari trend tersebut adalah meningkatnya pertambahan atraksi-atraksi pariwisata baru yang sering dinobatkan sebagai atraksi pariwisata berbasis alam. Hampir di setiap kawasan strategis muncul atraksi pariwisata yang disulap dari sekedar atraksi budaya biasa menjadi kawasan tematik, seperti taman yang menghadirkan suasana alam bebas.

Kendati demikian, di balik gemuruh perkembangan kepariwisataannya, Bali sebagai destinasi pariwisata, sesungguhnya menyimpan persoalan yang cukup serius, terutama dalam aspek keseimbangan sumber daya alam. Hal itu berupa kurang meratanya pembagian ‘kue pariwisata’ antar wilayah maupun lapisan masyarakat dan berkurangnya solidaritas sosial.

Topik inilah yang diangkat dalam Seminar Series Nasional Kepariwisataan ke #11 yang diselenggarakan oleh Prodi S3 Kajian Pariwisata, Sekolah Pascasarjana UGM pada Selasa (23/3) malam kemarin. Tema yang diangkat adalah “Dinamika Ekowisata Tri ning Tri di Bali”.

Seminar ini menghadirkan pembicara Dr. I Nyoman Sukma Arida, S.Si, M.Si dari Fakultas Pariwsata, Universitas Udayana. Sukma juga merupakan alumni dari S3 Kajian Pariwisata SPS UGM. Sementara itu, hadir sebagai pembahas adalah Prof. Dr. Sudarmadji, M.Eng.Sc, guru besar Fakultas Geografi UGM dan dimoderatori oleh Bayu Sutikno, SE., M.S.M, Ph.D., dosen FEB UGM.

Dalam paparannya Dr. Sukma, mengatakan bahwa di tengah situasi demikian, sulit menemukan wujud dari ekowisata Bali. Namun, menurutnya, beberapa pihak sejak tahun 1990-an tetap konsisten memperjuangkan berkembangnya ekowisata di Bali --- Jaringan Ekowisata Desa. Belakangan beberapa desa wisata juga menjadikan aspek konservasi sebagai basis pengembangannya.

Ia  kemudian mengungkapkan tentang program pendampingan dan promosi desa wisata yang dirinya lakukan melalui godevi.id.  Dari program tersebut, ia mendapati  adanya pergeseran nilai keotentikan dan orisinalitas alam Bali yang bercirikan pariwisata budaya yang bernafaskan filosofi Tri Hita Karana. Beberapa atraksi baru yang dikembangkan oleh investor asing dengan kekuatan yang besar akibat terbukanya kebijakan pemerintah untuk membuka investasi asing.

Lebih lanjut, Sukma menjelaskan bahwa temuan dari hasil penelitiannya yang bertujuan untuk memahami tipologi ekowisata di Bali dan kekuatan dominan yang melatarbelakangi munculnya berbagai tipe, bentuk dan wujud produk ekowisata. Ia mengatakan bahwa di Bali ekowisata dapat ditipologikan dalam tiga tipe: yaitu investor, pemerintah dan masyarakat. “Masing masing tipe ekowisata memiliki ciri yang berbeda berdasarkan produk, strategi pengembangan, pola pelibatan masyarakat dan karakter wisatawan,” terangnya.

Selain itu, Sukma juga menyoroti adanya pseudo-ekowisata di Bali, atau ekowisata semu. Dalam pseudo-ekowisata ini kegiatan pariwisata tampak seperti ekowisata pada umumnya, tetapi peran masyarakat lokal di sekitar obyek ekowisata termarginalkan.

Ia kemudian juga memberikan contoh kasus di Desa Taro yang muncul sebagai Gerakan Desa Wisata sebagai perlawanan halus atau counter wacana terharap hegemoni wisata gajah atau sebagai representasi investor besar. “Desa Taro merupakan desa dengan tipe ekowisata hybrid yaitu percampuran antara investor-pemerintah-masyarakat,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Sukma berharap pendemi Covid-19 ini dapat menjadi refleksi bagi destinasi wisata di Bali apakah langkah yang benar dilakukan adalah benar-benar ekowisata atau pseudo-ekowisata. Hal itu karena melalui pandemi ini sektor pariwisata diminta rehat sejenak sehingga menjadi waktu yang tepat untuk merefleksikan langkah kedepannya.

Sebagai pemapar Prof. Sudarmadji menyoroti pentingnya keberlanjutan desa wisata atau destinasi ekowisata. Ia menyebut bisa jadi permasalahan terjadi dari pengelolaan maupun dari wisatawan. Maka dari itu, ia menyarankan untuk selalu memperhitungkan kondisi lingkungan ketika mengembangkan obyek wisata. Hal itu yakni dengan mempertimbangkan kapasitas jangan sampai terjadi overcapacity.

“Jangan sampai lingkungan diabaikan dan hanya berkonsentrasi pada kenaikan pendapatan dan kesejahteraan. Sebab, jika daya dukung dan daya tampung lingkungan terlampaui, maka akan membuat kerugian yang lebih besar pada semua aspek,” pungkasnya.

Penulis: Hakam

Berita Terkait

  • Dinamika Ekowisata Tri Ning Tri di Bali

    Monday,16 May 2016 - 16:17
  • Teliti Ekowisata Bali, Dosen Udayana Raih Doktor

    Monday,02 February 2015 - 14:46
  • Pengentasan Permukiman Kumuh Berkelanjutan, Solusi Permukiman Layak Huni

    Monday,07 January 2019 - 11:26
  • Kaji Tipologi Akuifer Pulau Ternate, Ramdani Raih Doktor

    Thursday,25 January 2018 - 12:08
  • Teliti Lembah Karst Karang Bolong, Gunung Sewu, Blambangan dan Rengel, Eko Haryono Raih Gelar Doktor

    Monday,25 August 2008 - 12:34

Rilis Berita

  • Wisuda UGM Kembali Digelar Secara Luring 25 May 2022
    Untuk pertama kalinya semenjak pandemi Covid-19, upacara wisuda kembali diselengg
    Gloria
  • UGM-Pemprov DKI-Pusat Pengelolaan Kompleks Kemayoran Kerja Sama Penataan Kawasan dan Tridarma 25 May 2022
    Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Pemprov DKI Jakarta, Pusat Pengelolaan Kompleks Kemayoran melak
    Ika
  • Manajemen Logistik Terpadu Strategi Efektif Turunkan Biaya Logistik 25 May 2022
    Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah lebih dari 17.000 pulau sehingga
    Agung
  • UGM dan PT. Hadji Kalla Lakukan Kerja Sama 25 May 2022
    Universitas Gadjah Mada (UGM) dan PT. Hadji Kalla sepakat melakukan kerja sama bidang pendidikan,
    Ika
  • Pembangunan Gelanggang Inovasi dan Kreativitas UGM Segera Dimulai 24 May 2022
    Universitas Gadjah Mada akan segera memulai pembangunan gedung Gelanggang Inovasi dan Kreativitas
    Gloria

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 30May International Academic Conference on Tourism (INTACT) 2022 ...
  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual