Universitas Gadjah Mada bersama Kansai University of International Studies dan Universiti Utara Malaysia menyelenggarakan kegiatan Asian Cooperative Program – International Virtual Bootcamp.
Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 16, 23, dan 30 Maret, dengan mengusung tema “Disaster Risk Reduction during the COVID-19 Pandemic”.
“Kami merasa sangat terhormat dapat menjadi tuan rumah dari kegiatan ini,” ucap Kepala Kantor Urusan Internasional UGM, I Made Andi Arsana, Ph.D., Selasa (30/3).
UGM menjadi penyelenggara sesi pemaparan materi di hari ketiga setelah sebelumnya Kansai University of International Studies menyelenggarakan pemaparan materi di hari pertama dan Universiti Utara Malaysia di hari kedua.
Dalam sesi kali ini UGM menghadirkan tiga dosen sebagai pemateri, yaitu peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, Dr. Hakimul Ikhwan, M.A., peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) UGM, Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D., dan penemu GeNose, Prof. Dr.Eng. Kuwat Triyana, M.Si.
Hakimul Ikhwan menyampaikan materi berjudul “Socially Undistanced: Learning Lessons from Social Initiative and Solidarity Amidst Covid-19 in Indonesia”.
Ia menerangkan, hampir semua negara di dunia tidak siap untuk menghadapi pandemi. Pada awal penyebaran COVID-19, banyak pemimpin negara kesulitan untuk mengambil langkah penanganan, dan masyarakat dapat melihat kurangnya urgensi dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
“Ada dilema antara menangani kesehatan dulu atau ekonomi dulu,” ucapnya.
Namun, di tengah kebingungan yang masih dihadapi di tingkat pemerintahan, di kalangan akar rumput inisiatif justru lebih cepat muncul dan berkembang. Salah satunya inisiatif warga untuk membatasi aktivitas keluar masuk pemukiman ketika di tingkat daerah dan bahkan nasional masih terdapat tarik ulur penerapan pembatasan mobilitas.
Hakim juga menjelaskan sejumlah upaya yang dilakukan individu ataupun kelompok masyarakat untuk membantu meringankan masyarakat yang terdampak Covid-19, mulai dari fenomena pagar sedekah di sejumlah desa hingga penggalangan dana melalui platform-platform daring yang mampu mengumpulkan donasi senilai milyaran rupiah.
Fenomena-fenomena ini, terangnya, menunjukkan solidaritas warga negara yang justru terlihat nyata di tengah pandemi yang membatasi interaksi satu dengan yang lain.
ACP yang diinisiasi pada tahun 2014 oleh Kansai University of International Studies bersama 13 perguruan tinggi di Asia Tenggara menjadi platform bagi perguruan tinggi di Asia untuk bekerja sama dalam rangka pengembangan dan pertukaran ilmu pengetahuan serta keahlian dalam isu manajemen keamanan regional.
Di samping virtual bootcamp, ACP juga menyelenggarakan simposium internasional dengan tema “Safety Management during the COVID-19 Pandemic”. Melalui kegiatan ini, ACP mengundang mahasiswa program sarjana dari berbagai universitas anggota Konsorsium untuk saling berkolaborasi dalam membangun dan membina sumber daya manusia berkualitas yang mampu mengelola pembangunan di Asia dengan mengimplementasikan konsep keamanan dan sekuritas.
Penulis: Gloria