UGM, Monash University Australia dan Yayasan Tahija telah melangsungkan penandatanganan kerja sama dalam pengembangan model implementasi teknologi yang dapat direplikasikan di Sleman dan Bantul. Model implementasi yang dimaksud adalah penerapan teknologi nyamuk ber-Wolbachia untuk mengurangi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD). Keberhasilannya terbukti dengan efikasi Wolbachia dalam menurunkan 77 persen kasus DBD di Kota Yogyakarta oleh World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta.
“Adanya pandemi yang menimbulkan banyak permasalahan benar-benar memperkuat kerja sama antara perguruan tinggi, pemerintah, industri, dan filantropi menjadi semakin baik. Semoga makin banyak dukungan dari berbagai pihak untuk penelitian-penelitian yang berorientasi pada pemecahan masalah riil yang ada di masyarakat seperti ini,” ungkap Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono dalam sambutannya yang disampaikan secara daring.
Sementara itu, Ketua Yayasan Tahija, Trihadi Saptoadi, mengungkapkan pekerjaan WMP Yogyakarta dalam melakukan penelitian ini bukan hanya menunjukkan kompetensi, keahlian, dan segala pengetahuan yang dimiliki. Namun, pihaknya juga menunjukkan disiplin, kerja keras, kesetiaan, dalam membangun sikap profesional dalam penelitian.
“Kesepakatan penandatanganan kerja sama ini bagi kami adalah tantangan baru. Kita akan terus berkolaborasi untuk daerah Sleman dan Bantul. Meskipun sudah berhasil 10 tahun di Kota Yogyakarta, bukan berarti melakukan implementasi di kabupaten yang baru dan berkolaborasi dengan mitra baru di lapangan adalah hal yang mudah. Sebab, proyek ini harus betul-betul di terima masyarakat,” ujarnya.
Pada kesempatan berikutnya, Project Leader WMP Yogyakarta, Prof. Adi Utarini menjelaskan bahwa dengan adanya perjanjian kerja sama ini, menandai masuknya babak baru. Dengan mengimplementasikan teknologi ini di wilayah Sleman dan Bantul maka target kali ini adalah dalam rangka menurunkan angka DBD di tingkat provinsi.
“Sekalipun penelitian yang membuktikan keberhasilan teknologi ini sudah ada, tapi tantangan pasti ada. Untuk itu perlu didukung kebijakan dan kearifan lokal. Oleh karena itu, kami mempersiapkan dan mengadakan pelatihan untuk alih pengetahuan dan keahlian. Hal itu agar mitra kami, Pemkab Sleman melalui Dinas Kesehatan, dapat melakukan proses sosialisasi dan implementasi program di masyarakat,” papar Guru Besar FKKMK UGM ini.
Penandatanganan perjanjian kerja sama ini yang dilakukan awal Maret ini merupakan bagian dari rangkaian acara penyerahan Penghargaan Adhikara Award dalam rangka Lustrum XV FKKMK UGM Yogyakarta, serta penyerahan Penghargaan MURI-Museum Rekor Dunia Indonesia.
Penulis: Hakam