• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pakar UGM: Pengelolaan DAS di Pulau Kecil Perlu Diperhatikan

Pakar UGM: Pengelolaan DAS di Pulau Kecil Perlu Diperhatikan

  • 09 April 2021, 16:24 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 8109
Belajar dari Banjir Bandang NTT, Pengelolaan DAS di Pulau Kecil Perlu Diperhatikan

Pakar Kebencanaan UGM, Prof. Dr. Suratman, M.Sc., mengatakan bencana banjir bandang yang melanda pulau-pulau kecil di Nusa Tenggara Timur seperti Lembata, Alor dan Flores Timur menandakan bahwa ketahanan bentang alam dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di pulau kecil terdegradasi akibat deforestasi dan alih fungsi lahan. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah untuk memperhatikan pengelolaan kondisi dan daya dukung DAS terhadap program pembangunan sebaran pemukiman. “Tipe DAS dengan pulau kecil itu harus khusus penanganannya. Terutama persebaran pola pemukiman. Jadi, memang Indonesia perlu mulai berpikir mengelola das-das di pulau kecil. Ini peringatan untuk bangsa kita. Banjir tidak hanya terjadi pada DAS besar tapi DAS kecil di pulau kecil apalagi terjadi anomali iklim seperti sekarang ini bisa mengerikan,” kata Suratman, Jumat (9/4).

Menurut analisis Suratman, banjir bandang yang terjadi di NTT memang disebabkan oleh jumlah curah hujan akibat anomali iklim dengan siklon tropis seroja. Namun, banjir bandang juga tergantung dari sisi ketahanan bentang alam, kondisi hutan dan lereng di sekitar aliran sungai. Apabila daya dukung semakin minim maka ketangguhan sungai dalam menahan jumlah curah hujan yang tinggi di hulu sungai akan menurun. ”Selain karena cuaca yang ekstrem, pulau-pulau kecil ini saya lihat jarak lintas sungai jaraknya pendek. Diperkirakan sekitar empat kilometer dari hulu hingga sampai ke laut, material vulkanik, dan datanya hutannya juga ada pengurangan,” paparnya.

Ia menjelaskan bencana banjir bandang umumnya kejadiannya sangat mendadak. Dengan lintas sungai yang pendek ini menurutnya waktu evakuasi saat terjadi sangat singkat sekali meski sudah ada peringatan dini. Apalagi kejadian berlangsung di malam hari. Menurutnya, masyarakat perlu membaca akan tanda banjir bandang dengan melihat kondisi curah hujan selama tiga hari berturut-turut. “Bila tiga hari hujan berturut-turut maka bisa berisiko banjir sehingga harus waspada,” katanya.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengantisipasi banjir bandang dan luapan air di sekitar sungai, ia mengusulkan perlu dilakukan edukasi melalui pembentukan Srikandi Sungai dan Sekolah Sungai. Sebagai inisiator program Srikandi Sungai di Indonesia, Suratman menuturkan program ini difokuskan pada daerah yang memiliki DAS yang panjang dan di pulau-pulau besar. Adanya kejadian banjir di pulau-pulau kecil di wilayah NTT pihaknya akan menggandeng universitas lokal untuk bekerja sama. “Lewat Srikandi Sungai dan Sekolah Sungai kita akan membentuk relawan rakyat untuk pencegahan bencana banjir melalui kegiatan edukasi dan penyadaran, aksi konservasi, kegiatan ekonomi kreatif di sekitar sungai,” paparnya.

Program pembentukan relawan Srikandi Sungai dan Sekolah Sungai ini menurut Suratman masih terbatas pada daerah-daerah tertentu di Indonesia. Ia mengharapkan dukungan dari pemerintah pusat dan daerah agar program pembentukan relawan sungai bisa tersebar di seluruh daerah.

Penulis : Gusti Grehenson
Foto     : BNPB

Berita Terkait

  • Zona Konservasi dengan Pendekatan DAS di Pulau Bintan

    Tuesday,31 January 2017 - 12:00
  • Raih Doktor Usai Kaji Mobilitas Pulau Kecil

    Wednesday,31 January 2018 - 9:31
  • Dikhawatirkan Berkurang, Jumlah Pulau di Indonesia Didata Ulang

    Thursday,09 April 2015 - 13:20
  • Kepunahan Komodo di Pulau Kecil Membayangi Populasi di Pulau Besar

    Friday,14 March 2014 - 10:22
  • Bantu Percepatan Pembangunan Pulau Kecil Indonesia, UGM Adopsi Pulau Alor

    Friday,07 June 2013 - 12:58

Rilis Berita

  • Fakultas Geografi UGM Dampingi Penyusunan Rencana Strategis Kabupaten Sukamara Kalteng 02 February 2023
    Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menye
    Humas UGM
  • Pakar UGM: Lansia dan Warga Miskin DIY Perlu Mendapat Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial 02 February 2023
    Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, berencana memberikan ban
    Gusti
  • Kembali ke Kampus, UGM Harap Geliat Wisata Religi Tanara Serang Terus Menguat 02 February 2023
    Tim mahasiswa Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Unit Serang, Bant
    Ika
  • 2023 Asian Conference on Fish Models for Disease Berakhir, Herman Spaink Ungkap Harapannya agar Penelitian Tetap Berkelanjutan 02 February 2023
    Perkembangan bidang studi biologi menjadi kontributor besar bagi dunia kesehatan, khususnya dalam
    Satria
  • SDG's Series #85: Strategi Pencapaian Pembangunan Berkelanjutan Melalui Perencanaan Pembangunan Daerah 02 February 2023
    Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi, UGM telah menyelenggarakan Sustainable Develo
    Satria

Agenda

  • 07Feb Dies Natalis Fakultas Hukum UGM...
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual