Pancasila masih dapat digunakan sebagai ideologi negara dan dapat digunakan untuk membangun Indonesia satu abad ke depan. Pancasila dinilai masih eksis di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, mereka yang menganut pandangan Pancasila sebagai ideologi NKRI yang digunakan untuk menentukan identitas bangsa Indonesia jumlahnya jauh lebih besar dibanding mereka yang mendukung pandangan Pancasila adalah ideologi untuk mewujudkan negara-bangsa Indonesia berbasis agama mayoritas (Islam).
Demikian temuan hasil survei Pusat Studi Pancasila UGM dan Indonesia Presidential Studies yang dilakukan pada tanggal 11 – 25 Maret 2021. Survei Pandangan Publik Terhadap Pancasila: Pancasila Sebagai Ideologi NKRI vs Pancasila sebagai Ideologi Untuk Mewujudkan Negara Berbasis Islam dilakukan di 34 propinsi di Indonesia.
Nyarwi Ahmad., Ph.D, Direktur Indonesia Presidential Studies, mengatakan kekuasaan rezim Orde Baru telah menciptakan narasi tunggal dan dominan Pancasila. Pasca Orde Baru, konstestasi narasi Pancasila berkembang seiring menguatnya tiga ragam konservatisme, yaitu mainstreaming Nasionalism Konservatif, Konservatisme Islamis dan Konvergensi Konservatisme Nasionalisme dan Islamisme yang memunculkan narasi NKRI Bersyariah.
“Seiring dengan arus konservatisme tersebut juga muncul beragam Perda Syariah yang dirumuskan dan diterapkan sejumlah kabupaten/ kota dan propinsi-propinsi di Indonesia, dan kami berasumsi tren tersebut membawa konsekuensi pada konstruksi pandangan publik terhadap Pancasila,” ujarnya di Pusat Studi Pancasila UGM, Jumat (9/4) saat menyampaikan hasil survei secara daring.
Nyarwi berpandangan pasca reformasi tiga tren konservatisme terus berkembang di Indonesia. Mainstreaming Nasionalisme Konservatif ditandai dengan menguatnya pandangan bahwa Pancasila adalah satu-satunya ideologi negara yang dapat dipergunakan oleh pemerintah tidak hanya untuk mencapai tujuan negara, namun juga untuk menentukan konstruksi identitas bangsa Indonesia.
Sedangkan menguatnya mainstreaming Konservatisme Islamism adalah di kalangan organisasi-organisasi Islam. Selain suka beraliansi dengan aktor-aktor anti-demokrasi, mereka juga secara intens menyuarakan nilai-nilai Islam sebagai dasar kehidupan masyarakat Indonesia.
“Sementara itu onvergensi konservatisme Nasionalisme dan Islam, Religous Nasionalism, tren terakhir ditandai dengan menguatnya pandangan atau gerakan NKRI Bersyariah,” ungkapnya.
Metode survei dilakukan dengan multi stage random sampling. Metode pengumpulan data dengan wawancara tatap muka dengan 1.200 responden dengan margin eror 2,9 persen. Evaluasi dilakukan dengan berdasar gender, desa-kota, kategori wilayah kota/ propinsi yang pernah menerapkan Perda Syariah dan non-syariah, afiliasi keagamaan, usia, kategori generasi.
Menurutnya, masyarakat Indonesia (90,6 persen) menyatakan setuju atau sangat setuju dengan pandangan Pancasila adalah Ideologi NKRI yang dapat digunakan untuk menentukan identitas bangsa Indonesia. Meski begitu sebanyak 63,5 persen masyarakat juga setuju atau sangat setuju dengan pandangan Pancasila merupakan ideologi untuk mewujudkan negara bangsa Indonesia yang religius berdasarkan agama mayoritas (Islam).
“Meski begitu, jumlah masyarakat yang menolak atau tidak setuju dengan kedua pandangan tersebut juga cukup besar yaitu 26,8 persen,” ucapnya.
Kepala Pusat Studi Pancasila UGM, Drs. Agus Wahyudi, M.Si., M.A., Ph.D., menambahkan pokok dari kegiatan riset yang dilakukan ingin melihat persepsi publik terhadap Pancasila nantinya dan dikembangkan oleh siapa. Salah satunya pemerintah harus tetap memegang peranan kunci dan penting di dalam rangka menginterprestasikan.
Dalam riset ini, katanya, bisa dilihat bagaimana fokus masyarakat dalam melihat konteks menyetujui spirit reformasi dan demokrasi. Bagaimana kemudian perkembangan Pancasila di ruang publik saat ini, apakah kondusif untuk memperkuat konsolidasi demokrasi atau malah justru sebaliknya.
“Jadi, dari survei ini nanti sebenarnya memberi indikasi kemungkinan-kemungkinan kecenderungan-kecenderungan itu dan kedepan apa yang bisa kita harapkan dari perkembangan masyarakat kita,” paparnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Minews ID