Tim Proust dari Program Studi Teknik Kimia UGM yang beranggotakan Ignatius Gerald Tondi Sinaga, Krisna Kurnia Adhi, dan Narendra Asha Kusuma Negara berhasil meraih 1st Winner dan Best Presentation pada Scientific Paper Competition, Chemical Engineering Festival yang diadakan oleh Universitas Pertamina.
Chemical Engineering Festival merupakan acara tahunan rutin yang berlangsung selama empat bulan yang dimulai di bulan November 2020 hingga Februari 2021. Tahapan lomba terdiri dari Abstract Selection, Full Paper and Poster, dan Final Presentation.
Tim Proust membuat karya tulis ilmiah yang didasarkan pada permasalahan energi selama dan setelah pandemi Covid-19. Tim ini menyelesaikan dua permasalahan sekaligus dengan memproduksi energi ramah lingkungan sebagai sumber listrik rumah sakit.
“Listrik akan diproduksi dari limbah organik yang diolah dengan bakteri thermophilic untuk memproduksi biohidrogen yang akan dikonversi menggunakan sel bahan bakar. Saat presentasi, tim kami membuat video singkat untuk membantu visualisasi mengenai sistemasi produksi listrik dan bentuk fisik plant nya. Visualisasi yang cukup kuat dari tim kami ditambah dengan inovasi yang kreatif menuai pujian dari dewan juri,” papar Gerald, Kamis (15/4).
Gerald menerangkan, kompetisi ini merupakan sebuah tantangan yang menarik karena berkaitan dengan isu yang kurang disoroti selama pandemi yaitu permasalahan energi yang sustainable.
“Tim kami mengembangkan sistem produksi listrik yang efisien dan dapat dipakai untuk membantu suplai listrik rumah sakit selama pandemi. Kesan terkuat dari tim kami secara pribadi adalah pujian dari salah seorang juri yang merupakan ahli di bidang bioproses karena tim kami mem-by pass proses pembentukan metana sehingga efisiensi keseluruhan meningkat drastis,” ujarnya.
Selama proses seleksi, Tim Proust sempat menemui beberapa halangan untuk pengembangan sistem bioreaktor, terutama pencarian bakteri yang dapat beroperasi pada suhu yang cukup tinggi untuk meningkatkan kecepatan pembentukan hidrogen.
“Pada akhirnya tim mendapat sumber bakteri dari kotoran sapi, sementara sumber produksi hidrogen adalah sampah organik. Jadi, sistem kami hampir seluruhnya berasal dari limbah yang menjadi berkah berupa suplai listrik yang stabil,” ujar Gerald.
Mereka berharap solusi yang diberikan bisa dikaji lebih lanjut untuk meningkatkan feasibility dari proyek ini, baik secara teknis ataupun ekonomi. Prototype dapat dikembangkan lebih dulu di skala kecil untuk menguji hipotesis dan nantinya dapat membantu mengkatalis perkembangan energi ramah lingkungan di Indonesia maupun global.
Penulis: Desy