Sebanyak 20 negara menampilkam jenis makanan khas masing-masing dalam Festival makanan di Plasa Fakultas Ilmu Budaya, Kamis (12/4). Beberapa Negara yang ikut tampil diantaranya, Turki, Arab, Suriname, Vietnam, Myanmar, Laos, Uganda, Australia, China, Italia, Belanda, Cheko.
“Agenda tahunan Festival Kuliner (makanan) ini diikuti 20 negara, sebagai bentuk apresiasi keberagaman budaya di seluruh dunia,†ujar Dr.Sangidu, M.Hum selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FIB UGM dalam sambutan pembukaan festival Kuliner “International Day 2007â€.
Sangidu berharap, tahun depan sudah ada makanan khas Indonesia yang sudah meng-internasional dan dapat dipamerkan dalam festival Kuliner, agar lebih dikenal lagi oleh peserta Negara lain.
Semua peserta yang ikut andil dalam festival kuliner ini merupakan mahasiswa yang asing yang sedang belajar di Yogyakarta.
Rahmat, sebagai salah satu peserta dari Negara Suriname menyajikan empat jenis makanan, Gevolde Ei (telor berisi), Goegri, Vis Balletje (Bakso Ikan), dan Her-Heri. Makanan terakhir ini kata Rahmat merupakan makanan khas masyarakat keturunan Afrika yang tinggal di Suriname.
“Bahan makanannya berasal sari ketela atau pisang yang dicampur sambal ikan asin,†jelas Rahmat, yang mengaku neneknya berasal dari Sorowajan, Banguntapan Bantul, sedangkan kakeknya berasal dari Surabaya.
Rahmat yang sudah 3 tahun kuliah di Jogja menjelaskan bahwa di Suriname makanan khas Jawa masih tetap ada, dengan nama yang sama, hanya saja rasanya sudah sedikit berbeda. “Pecel, gado-gado, nasi goreng, dan sate masih tetap ada, namanya masih sama, bahannya pun juga sama, hanya bumbunya sedikit berbeda karena menyesuaikan kondisi yang ada di sana,†ujar pria kelahiran 1968 Suriname ini.
Sedangkan Ganggas, salah satu pengunjung yang datang dalam festival, mengaku sangat gembira sekali dengan diadakannya kegiatan ini karena dirinya bisa melihat dan mencicipi langsung semua jenis makanan yang berasal dari negara-negara luar.
“Senang kalo ada yang gratis,†kata Ganggas,
Menurut mahasiswi jurusan sastra inggris ini, dirinya tahu informasi diadakannya festival ini berasal dari dosennya sendiri yang menjadi salah satu panitia.
“Semua makanan sudah saya coba, tapi yang paling enak dari negara Arab, selain gratis rasanya enak juga juga, sejenis lumpia tapi isinya daging cincang, jadi selera makanannya kayak orang Indonesia, jadi saya suka,†ujar mahasiswa FIB UGM ini. (Humas UGM)