Bangsa yang kuat perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing. Hal ini ditegaskan oleh Prof. Dr. Ir. Endang Sutriswati Rahayu, M.S., dalam webinar memperingati hari Kartini bertema Perempuan, Rabu (21/4). Selain Endang, hadir sebagai pembicara dalam acara yang digagas oleh Dewan Guru Besar UGM tersebut Prof. dr. Gandes R. Rahayu,. Med.Ed., Ph.D., dan Prof. Dr. Ida Rochani Adi, S.U.
“Kondisi ini dapat dicapai dengan jasmani sumber daya manusia yang sehat. Saat ini target pemerintah adalah penurunan angka stunting (pendek) dan wasting (kurus). Artinya pemenuhan gizi yang baik dan cukup perlu mendapatkan perhatian khusus,”kata Endang.
Posisi seorang ibu memegang peran yang sangat penting sebagai tonggak utama kesehatan keluarga. Endang menjelaskan peran ibu dimulai dengan pemberian ASI intensif bagi anak. ASI mengandung Gut Microbiota yang berperan penting dalam mendukung kesehatan usus dan tubuh dalam jangka panjang. Selain itu, ibu juga memiliki peran penting dalam membangun pola makan bagi keluarga. Pola makan B2S-AH yaitu beragam, bergizi, seimbang, aman, dan halal dapat menjadi acuan dalam menyusun pola makan.
Prof. dr. Gandes R. Rahayu,. Med.Ed., Ph.D., menambahkan peranan perempuan bukan hanya memperjuangkan perempuan, namun keseluruhan bangsa ini. Ibu dalam keluarga dapat berpengaruh jangka panjang dalam kognisi, emosi, sikap, dan kesehatan anak.
“Dengan pendidikan yang tersedia, perempuan dapat doing more dan mengaplikasikan pendidikan ke dalam keluarga. Hal itu merupakan kunci yang tidak bisa diabaikan dan perlu diberikan fokus,” tutur Gandes.
Dengan demikian, ketika perempuan dan ibu Indonesia berpendidikan yang baik serta cakap maka human capital bangsa akan baik pula.
Sementara itu, Prof. Dr. Ida Rochani Adi, S.U. menegaskan bahwa perempuan pada awalnya dikonstruksikan secara sosial hanya berperan dalam lingkup domestik seperti memasak, mencuci, dan berdandan. Namun, saat ini gerakan perempuan hadir bersamaan dengan isu lain seperti HAM, Racism, Sexism, Multikulturalisme, Kosmopolitanisme yang cakupannya bukan hanya perempuan, namun isu secara global.
“Kondisi global saat ini menjadi sebuah kesempatan bagi perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya,”urai Ida.
Penulis: Khansa