Sudah lebih dari setahun berdiri, Gerakan Sambatan Jogja (Sonjo) tampak masih aktif bergerak sampai sekarang. Sonjo bahkan mempunyai program baru di awal tahun 2021 lalu, sembari program-program yang telah lebih dahulu lahir terus ter-update atau aktif bergerak. Lantas, apa yang dapat membuat Gerakan Sonjo dapat terus aktif bergerak sampai saat sekarang ini?
Rimawan Pradiptyo, salah satu Inisiator Gerakan Sonjo, menjelaskan bahwa Sustainable Movements Sonjo disebabkan karena Gerakan Sonjo itu sendiri terus beradaptasi dengan situasi dan kondisi di lapangan. Program-program yang dihadirkan di Sonjo mengikuti perkembangan situasi dan kondisi tersebut.
Seperti halnya ketika terdapat permasalahan kurangnya Alat Pelindung Diri (APD) untuk para tenaga kesehatan di awal-awal pandemi dulu misalnya. Gerakan Sonjo kemudian membuat kegiatan yang dapat menghubungkan produsen dengan pemberi bantuan dana untuk memenuhi kebutuhan APD tersebut.
“Jadi, semuanya berada dalam kondisi adaptasi,” tutur Rimawan dalam acara PolgovTalks yang disiarkan dalam channel Youtube Department of Politics and Government – Universitas Gadjah Mada, Selasa (20/4).
Begitu pula dengan program baru Sonjo di awal tahun 2021 ini, yakni Sojo Husada Konvalesen (SoHibKoe). SoHibKoe ini merupakan program yang lahir karena tingginya permintaan terhadap pendonor plasma (Konvalesen), sebagai salah satu terapi tambahan untuk pasien Covid-19. Di sisi lain, Sonjo menemukan bahwa tingginya permintaan itu kemudian tidak sebanding dengan jumlah penyintas yang rela mendonorkan plasmanya sehingga SoHibKoe lalu hadir sebagai program yang membantu melakukan penggalangan untuk donor plasma tersebut.
Semua program Gerakan Sonjo yang terus lahir tidak terlepas dari isu kesehatan, ekonomi, dan pendidikan. Sebab, menurut Gerakan Sonjo, tiga aspek tersebutlah yang paling dibutuhkan masyarakat selama menghadapi pandemi Covid-19.
Program-program yang dijalankan pun juga tidak bersifat monoton. Jika sebuah program kemudian sudah tidak relevan atau telah berhasil menyelesaikan misinya, maka fokus Gerakan Sonjo akan beranjak kepada isu-isu lain yang masih perlu untuk diselesaikan. Contohnya seperti program penyaluran bantuan sembako kepada masyarakat di awal-awal pandemi dulu. Program tersebut dahulunya sangat perlu untuk dilakukan. Sebab, pada waktu itu pemerintah merealisasikan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengakibatkan aktifitas publik seperti pasar turun secara drastis. Namun, setelah kebijakan PSBB tersebut dicabut, program penyaluran makanan itu pun menjadi tidak relevan lagi.
“Saat ini misalkan yang paling tophit (sekarang) adalah kesehatan, jadi kesehatan yang banyak kita dorong. Jika nanti kesehatan mencukupi maka nanti ekonomi atau pendidikan-nya (yang digerakkan),” jelas dosen FEB UGM ini.
Penulis: Aji Maulana
Foto: Sonjo