• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Belajar dari Jakarta Informal Meeting untuk Selesaikan Krisis Myanmar

Belajar dari Jakarta Informal Meeting untuk Selesaikan Krisis Myanmar

  • 27 April 2021, 20:22 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 7985
Pemimpin Asean Bisa Belajar dari Jakarta Informal Meeting untuk Selesaikan Krisis Myanmar

Pengamat Hubungan Internasional sekaligus aktivis perdamaian dunia dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, Dr. Muhadi Sugiono, mengapresiasi langkah Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Asean dalam menyelesaikan krisis di Myanmar. Namun demikian, menurutnya efektivitas hasil KTT ini harus tidak berhenti dari apa yang disepakati oleh negara-negara Asean, melainkan juga pada bagaimana Asean kemudian menerjemahkan keputusan bersama itu ke dalam tindakan-tindakan konkret.

“Mendudukkan para pihak yang terlibat dalam konflik di Myanmar merupakan sebuah keharusan jika Asean ingin benar-benar melakukan peran dalam penyelesaian konflik,” kata Muhadi Sugiono, Selasa (27/4).

Menurut Muhadi, para pemimpin anggota Asean bisa berkaca dari pengalaman Indonesia dengan diselenggarakannya Jakarta Informal Meeting sebagai bagian penting untuk menyelesaikan konflik di Indocina. “Melalui Jakarta Informal Meeting yang berlangsung dari tahun 1988 hingga 1990,  Indonesia menghadirkan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik untuk berbicara satu sama-lain. Dalam kasus Myanmar, tidak bisa tidak itu harus dilakukan,” paparnya.

Dalam pandangannya, KTT Asean memang merupakan sebuah kemajuan dalam kaitannya dengan hubungan ASEAN dengan negara-negara anggotanya. Selama ini, melalui prinsip non interference, ASEAN dan negara-negara anggota Asean selalu berusaha menghindarkan diri untuk memberikan respons atau bahkan pernyataan terhadap apa yang terjadi di negara-negara anggota yang mereka sebut sebagai urusan dalam negeri negara-negara anggota tersebut. “Nah, berbeda dengan praktik-praktik sebelumnya, KTT ASEAN tentang krisis di Myanmar, bisa dilihat sebagai sebuah terobosan. Apalagi jika dilihat dari apa yang dihasilkan, yang antara lain menuntut dihentikannya kekerasan di Myanmar,” katanya.

Hanya saja, imbuh Muhadi, efektif dan tidaknya KTT ASEAN akan menghentikan krisis di Myanmar tentu tidak bisa dengan mudah dijawab dari apa yang dihasilkan dalam KTT tersebut. Sebab, apa yang dihasilkan oleh KTT menurut pandangannya sebenarnya mencerminkan common denominator yang relatif rendah. “Praktik pembuatan keputusan seperti ini sebenarnya sangat umum dipraktikkan oleh banyak organisasi, termasuk Asean. Negara-negara anggota akan bisa sampai pada konsensus kalau mereka tidak merasa terancam. Nah, di KTT Asean tentang krisis Myanmar ini, indikasi bahwa keputusan Asean mencerminkan common denominator yang sangat rendah terlihat misalnya dengan ketidakhadiran PM Thailand, Prayuth Chan-ocha, dan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, serta kehadiran pemimpin junta militer,”ungkapnya.

Bahkan, keberadaan pemerintah militer di Thailand yang menggulingkan pemerintahan demokratis menjadi salah satu ganjalan bagi Asean  untuk mengambil suara atau keputusan yang sangat keras terhadap Myanmar. “Jika Asean memberikan sikap tegas kepada Myanmar, tetapi tidak kepada Thailand, maka reputasi Asean akan hancur karena Asean menerapkan standar ganda. Ini pekerjaan rumah besar bagi Asean,” katanya.

Penulis : Gusti Grehenson
Foto      : AP Images   

Berita Terkait

  • PSKK UGM Gelar Diskusi Tentang Myanmar

    Friday,29 September 2017 - 10:47
  • PUSMAN UGM Gelar Seminar Pendidikan di Jerman

    Wednesday,13 September 2006 - 16:41
  • UGM Juara Pemilihan Dosen dan Tenaga Kependidikan Berprestasi Tingkat Nasional

    Sunday,01 November 2015 - 10:06
  • Sektor Informal di Kota Gorontalo Alami Transformasi

    Monday,15 June 2015 - 12:07
  • PERAN SEKTOR INFORMAL DI INDONESIA

    Wednesday,08 March 2006 - 12:13

Rilis Berita

  • UGM Terlibat Aktif Dalam Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Tengah 03 February 2023
    Stunting masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Data Asian Development Bank mencatat ang
    Ika
  • Pimpinan UGM Tandatangani Komitmen Bersama Implementasi Manajemen Risiko 03 February 2023
    Penandatanganan Komitmen Bersama dilakukan oleh Majelis Wali Amanat, Rektor, Sena
    Gloria
  • Forgamas Dekatkan UGM Kepada Siswa Kelas XII di Banyumas 03 February 2023
    Forum Mahasiswa Gadjah Mada Banyumas (Formagamas) merupakan perkumpulan mahasiswa UGM se-Kabupate
    Agung
  • Fakultas Geografi UGM Dampingi Penyusunan Rencana Strategis Kabupaten Sukamara Kalteng 02 February 2023
    Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menye
    Humas UGM
  • Pakar UGM: Lansia dan Warga Miskin DIY Perlu Mendapat Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial 02 February 2023
    Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, berencana memberikan ban
    Gusti

Agenda

  • 07Feb Dies Natalis Fakultas Hukum UGM...
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual