Dekan FK UGM Prof Dr Hardyanto Soebono SpKK, Senin (22/10) melantik 164 dokter baru. Pelantikan berlangsung di Grha Sabha Pramana, Bulaksumur dengan dihadiri sejumlah pejabat, diantaranya ketua umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr dr Fachmi Idris MKes, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DIY dr. Bondan Agus Suryanto, Direktur Rumah Sakit Pendidikan, seperti Direktur RS Dr Sardjito dr Sri Endarini, RSUP Soeradji Tirtonegoro dr Ariaf Faizal SpRad, dan RSUD Banyumas dr Hartono SpA.
Ini merupakan rekor terbanyak dalam sejarah pelantikan dokter baru di FK UGM.Dari jumlah tersebut, enam belas dokter baru berasal dari Malaysia. Tercatat, rata-rata lama studi 6 tahun 1 bulan dengan nilai rata-rata IPK 3,30. Lulusan terbaik di raih dr Rusdy Ghazali Malueke dengan IPK 3,84.
“Lulusan tertua dr Nik Mohammad Azli Bin Nik Arifin usia 28 tahun dan lulusan termuda diraih dr Faiza Husna dalam usia 23 tahun,†ujar Wakil Dekan Bidang Akademik & Kemahasiswaan FK UGM dr Iwan Dwi Prahasto MMed Sc PhD dalam laporannya.
Berbeda dengan lulusan-lulusan sebelumnya, menurut Iwan Dwi Prahasto, mulai tahun ini Konsil Kedokteran Indonesia menerapkan peraturan baru, yaitu mewajibkan lulusan dokter baru mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan Surat Ijin Praktek.
“Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi para dokter baru maupun Fakultas kedokteran UGM untuk mencetak lulusan dokter baru yang berkompeten dan profesional di bidangnya,†ujarnya lagi.
Seusai pelantikan Dekan FK UGM Prof Hardyanto dalam keterangannya menjelaskan, Indonesia saat ini masih membutuhkan banyak dokter. Jumlah dokter, termasuk dokter spesialis di Konsil Kedokteran Indonesia tercatat sekitar 70 ribu. Jumlah tersebut tentunya masih sangat kurang, karena dengan jumlah penduduk 220 juta, Indonesia masih membutuhkan 95 ribu dokter.
Ironisnya, katanya, dari 70 ribu dokter yang tercatat di Konsil Kedokteran Indonesia tersebut tidak semuanya melakukan praktik dokter, meski mereka mengantongi tanda registrasi. “Jadi seperti dr Iwan Dwi Prahasato atau Prof Sofia Mubarika, meski memperoleh register tapi tidak praktek,†tambah Hardyanto.
Menurut Hardyanto dari sekitar 70 ribu dokter yang ada, diperkirakan hanya 2/3 yang melakukan pengabdian pada masyarakat. Atau bahkan mungkin kurang dari itu. Banyak dari mereka yang kemudian menjadi birokrat, peneliti, sehingga tidak langsung bersentuhan dengan pelayanan kesehatan.
“Dengan demikian prospek untuk dokter ini masih cukup tinggi. Sehingga di tahun 2010 jika seorang dokter harus melayani 250 penduduk, maka masih kekurangan 25 ribu dokter. Kalau itu harus dipenuhi dalam tiga tahun ini, tentunya sulit tercapai. Karena di Indonesia rata-rata setiap tahunnya hanya meluluskan 5 ribu dokter baru,†tandas Hardyanto.
Dengan dilantiknya 164 dokter baru tersebut, maka hingga saat ini FK UGM berhasil meluluskan 6265 dokter, yang terdiri dari 4029 dokter pria dan 2336 dokter wanita. (Humas UGM)