Sampai sekarang televisi (TV) tetap menjadi medium yang paling banyak diakses masyarakat. Namun, Dosen Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM, Budi Irawanto, menuturkan siaran di media televisi, broadcasting, telah memiliki penantang baru. Penantang baru tersebut kemudian dikenal dengan Homecasting. Sebagaimana namanya, Homecasting ini merupakan sebuah program siaran yang dilakukan dari rumah, bukan studio, dan lalu disiarkan atau diunggah kepada platform video online, seperti halnya Youtube.
“Youtube ini menurut saya sangat menarik karena kalau kita lihat banyak para selebritis, yang mereka sebelumnya juga menjadi host di TV, kemudian membuat channel khusus di Youtube. Kemudian, dia juga melakukan proses seperti siaran di Youtube,” ungkap Budi dalam acara Talkshow Origami, Obrolan RIngan Gagas Komunikasi, berjudul Inilah 10 Ranah Kajian Media Hiburan! yang dipublikasikan melalui channel Youtube Departemen Ilmu Komunikasi UGM pada Sabtu (1/5).
Siaran yang dilakukan di Youtube tersebut dapat berbentuk live streaming dan bisa ditonton langsung, atau berupa rekaman dan diunggah.
Sebelum hadirnya Homecasting Budi menjelaskan bahwa penantang broadcasting sebetulnya telah ada. Mereka adalah nerocasting atau siaran TV Komunitas. Namun, Homecasting disebut sebagai ancaman terbesar siaran media TV sejauh ini. Ada beberapa alasan yang diungkapkan Budi.
Pertama adalah karena Homecasting jauh lebih murah. Budi mengungkapkan bahwa Homecasting tidak memerlukan jumlah crew sebanyak siaran di media TV. Crew yang diperlukan dalam Homecasting lebih kurang hanya crew untuk sound, kamera, serta editing video.
“Kalau di studio bahkan banyak, tempat lighting dan lain sebagainya,” tambah Budi.
Budi juga mengatakan jika Homecasting dapat dilakukan dimana saja, di kolam, taman, atau meja makan para Host/Youtuber tersebut. Guest yang diundang pun juga merupakan teman-teman para Host itu sendiri.
Kemudian, alasan kedua yang menjadikan Homecasting sebagai ancaman besar adalah konten-konten yang disajikan lebih bernilai dekat dengan penonton. Budi menuturkan jika konten-konten yang disajikan oleh Brodcasting sebetulnya juga berorientasi konten yang dekat dengan penonton. Seperti salah satu program yang diminati di media TV, yakni program reality show.
“Meskipun kita tahu stasiun TV juga masuk kesana. Beberapa program mereka (TV) dibuat streaming, ada (siaran program) juga diunggah kesana (Youtube), tapi tetap formatnya beda. Formatnya Homecasting ini lebih akrab: dia bisa menyapa followersnya, subscribersnya,” kata Budi.
Penulis: Aji Maulana