Yogya, KU
UGM menggelar acara potong tumpeng, tasyakuran, dan doa bersama untuk merayakan Dies Natalis ke-60, Jumat (18/12) sore, di halaman Balairung, Kantor Pusat UGM. Pemotongan tumpeng dilakukan langsung oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., yang disaksikan oleh civitas akademika UGM, beberapa tukang becak, dan pedagang kaki lima yang sengaja diundang untuk hadir. Selanjutnya, potongan tumpeng secara simbolis diserahkan Rektor kepada Ketua RW Bulaksumur.
Sebelumnya, Panitia Dies Natalis dan pengurus Dharma Wanita Persatuan (DWP) UGM juga mengadakan lomba tumpeng nasi kuning yang diikuti 18 fakultas dan 4 lembaga di lingkungan UGM. Lomba tumpeng dinilai oleh tiga orang juri, terdiri atas dua ahli tata boga dari Akademi Kesejahteraan Keluarga (AKK) Yogyakarta dan seorang anggota Dharma Wanita.
Ketua Panitia Dies Natalis, Dr. Bambang Purwono, mengatakan masih dalam rangkaian dies, ada dua kegiatan yang sengaja dilaksanakan, yakni lomba tumpeng dan dilanjutkan tasyakuran hari lahirnya UGM dengan mengundang Ketua RT/RW dan pelaku ekonomi di sekitar UGM, seperti PKL dan para tukang becak.
Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., dalam sambutan singkatnya menyampaikan rasa syukur atas usia ke-60 tahun UGM, yang didirikan sejak 19 Desember 1949 silam. “Semua ini atas berkat ridho Allah dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas jerih payah warga UGM dan warga di sekitar UGM yang selama ini mampu memberi dukungan terselenggaranya pendidikan bagi putra-putri bangsa yang dititipkan ke UGM,” kata Rektor.
Rektor juga menyampaikan kegembiraannya bahwa UGM mampu menyelenggarakan pendidikan dengan biaya tidak setinggi perguruan tinggi di luar negeri. Kendati begitu, peringkat UGM tidak kalah jauh dari perguruan tinggi tertentu di luar negeri, bahkan berada di atasnya. “Patut disyukuri, UGM bisa berada di peringkat lebih tinggi. Semoga ke depan, hal yang digapai semakin meningkat lagi, memberi kebahagiaan bersama, baik secara langsung dan tidak langsung,” tambahnya.
Selanjutnya, Drs. Haryanto, M.Si. membacakan doa bersama yang dipanjatkan sebagai ungkapan rasa syukur. (Humas UGM/Gusti Grehenson)