Prof. Dr. R. M. Soedarsono merupakan salah satu guru besar bidang seni dan sejarah budaya di Universitas Gadjah Mada. Guru Besar pada Fakultas Ilmu Budaya UGM ini dikenal secara luas melalui karya-karyanya berupa koreografi dan buku-buku yang diterbitkan.
Jejak langkahnya dalam berkiprah di bidang seni dan sejarah baik secara teori maupun praktis telah dituangkan dalam buku yang diterbitkan UGM Press dengan judul Autobiografi R. M. Soedarsono Perintis dan Pengembang Pendidikan Seni Pertunjukan di Indonesia – Dari Yogyakarta Mendunia untuk Indonesia. Sebagai wujud penghargaan tertinggi atas dedikasi Prof. Dr. R. M. Soedarsono, BPP UGM dan UGM Press menyelenggarakan acara launching dan bedah buku pada hari Selasa (4/5).
Bedah buku menghadirkan narasumber Prof. Dr. I Made Bandem dan Ir. R.A. Laksmi Widyawati, M.Si, selaku penyunting naskah dan merupakan putri dari R. M. Soedarsono. Kemudian Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc dan Dr. Drs. RM Pramutomo, M.Hum selaku pembedah serta Dr. Gabriel Roosmargo Lono Lastoro Simatupang, M.A selaku moderator.
Bagi Dekan FIB UGM, Prof. Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., terbitnya buku ini menjadi sangat penting untuk mereka yang ingin memahami lebih lanjut seni pertunjukan di Indonesia, khususnya bagi peminat yang memiliki konsentrasi pada bidang seni pertunjukan.
Sementara itu, Kepala BPP UGM, Prof. Widodo, M.Sc., Ph.D., berharap dengan terbitnya buku ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam mengembangkan seni tari dan pertunjukan di Indonesia. Sebab, tidak hanya dedikasinya pada bidang sejarah, seni, dan pertunjukkan, sosok R. M. Soedarsono juga merupakan pribadi yang sangat menginspirasi.
“Kisah perjuangan hidupnya dalam mengenyam pendidikan hingga menjadi salah seorang yang berpengaruh di dunia seni pertunjukan Indonesia patut untuk dijadikan inspirasi bagi generasi muda,” ujar Widodo.
Ir. R.A. Laksmi Widyawati, M.Si menilai sang ayah di mata keluarga adalah sosok yang disiplin, jujur, sederhana, pekerja keras, multitalenta, humoris, tegas-galak, dan sangat mencintai ilmu. Kecintaan terhadap ilmu ini, katanya, dibuktikan dengan tekad sang ayah saat lulus SMA untuk melanjutkan studi.
“Saat lulus SMA, sebenarnya ayah RM Soedarsono (kakek) mengatakan tidak ada biaya untuk melanjutkan kuliah. Tetapi ia terus berusaha mencari informasi dan akhirnya bisa mendaftar di FIB UGM dengan biaya ikatan dinas. Ia mengalir saja saat itu ketika memilih jurusan ini yang akhirnya membawanya pada kesuksesan-kesuksesan berikutnya,” ucap Laksmi.
Bagi Prof. Dr. I Made Bandem, sosok R. M. Soedarsono memiliki beberapa aspek istimewa dalam perjalanan hidupnya. Ia memiliki aspek biologis dimana ia dilahirkan sebagai keturunan ningrat yang memudahkannya mengakses ilmu pengetahuan dan kesenian. Hal ini yang kemudian menghasilkan kepribadian yang baik dan kecintaan kepada budaya yang sangat kuat.
“Sementara dari sisi aspek psikologis, sosok R.M. Soedarsono juga terbentuk dari pengalaman hidupnya menempuh pendidikan baik di dalam maupun luar negeri. Kedua aspek inilah yang kemudian juga mendapat dukungan riwayat lembaga dan karya-karyanya yang luar biasa,” katanya.
Buku autobiografi R. M. Soedarsono ini terdiri dari 9 bab yang bercerita dari sosok Soedarsono si Anak Desa hingga memperoleh penghargaan internasional di Fukuoka pada tahun 1998.
Prof. Timbul Haryono sebagai pembedah buku mengumpamakan sosok R.M. Soedarsono sebagai pelaut yang tangguh di tengah samudera yang luas dengan angin yang kuat dan ombak yang besar. Sosok R.M. Soedarsono telah meninggalkan gading dan melahirkan gajah-gajah yang banyak (yang dibimbing oleh beliau). Sedangkan Dr. Drs. RM. Pramutomo, M.Hum menyampaikan bahwa buku ini menjadi legacy pada nilai kejuangan, kemanusiaan, dan nilai hidup diri R.M. Soedarsono yang sederhana.
Penulis : Agung Nugroho