Bonus Demografi Indonesia pada tahun 2010 hingga 2035 sudah menjadi perbincangan hangat. Adanya bonus demografi ini memberikan tantangan yang nyata bagi Indonesia apakah mampu memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Dari bonus demografi tersebut pemerintah memproyeksikan Indonesia Maju pada tahun 2045.
“Untuk menuju Indonesia Maju 2045 harus diisi dengan penguatan karakter yang baik, kompetensi yang tinggi, dan komitmen yang kuat untuk membangun bangsa dan negara. Artinya kita membutuhkan pemimpin, pengelola, dan sumber daya manusia,” tutur Prof. Dr. Ir. Djagal Waseso Marseno, M.Agr. Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada dalam SDGs Seminar Series Fakultas Geografi UGM, Selasa (25/5).
Berdasarkan berbagai data statistik, saat ini kompetensi sumber daya manusia Indonesia masih tertinggal. Hal ini menjadi tantangan bagi Indonesia. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dibutuhkan berbagai keterampilan.
“Keterampilan itu berubah kebutuhannya, artinya tantangan zaman akan membutuhkan keterampilan yang berbeda,” kata Djagal.
Kampus merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia. Djagal menjelaskan, sebagai seorang akademisi perlu memiliki indra untuk memproyeksikan kebutuhan keterampilan yang dibutuhkan kedepannya. Ciri kondisi masa depan adalah VUCA yaitu Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Untuk menjawab kondisi tersebut UGM menyiapkan peserta didik memiliki skill, knowledge, dan values.
UNESCO memberikan acuan pegembangan sumber daya manusia melalui ESD (Education for Sustainable Development) yang berfokus pada area advancing policy, transforming learning environments, building capacities of educators, empowering and mobilizing youth, accelerating local level action. Dari ESD ini terwujud SGDs yang memiliki 17 poin yang mencakup kelima area tersebut.
Kepemimpinan dan pembangunan manusia dimulai dari anak bangsa yang menerima pendidikan formal, informal, maupun nonformal dan harus mendapatkan penanaman Spirit ESD sehingga akan dilahirkan lulusan terdidik dengan pribadi yang berintegritas.
“Harapannya ketika anak bangsa melakukan pengabdian dengan masing-masing pekerjaannya dapat menjadi pemimpin yang berintegritas dan profesional sehingga dapat mewujudkan visi nasional Indonesia,” tutur Djagal.
Penulis: Khansa