Yogya, KU
Sedikitnya 300 lebih mahasiswa lulusan UGM mengikuti seminar entrepreneur yang diselenggarakan oleh Sekolah Pascasarjana UGM dan Ciputra Foundation. Seminar yang bertema ‘Menjadi Pengusaha Tanpa Modal’, sebagai pembuka dari kegiatan Campus Entrepreneur Program (CEP) UGM tahap kedua. Sebelumnya, pada tahap pertama CEP UGM telah meluluskan 28 orang calon pengusaha muda yang berhasil mengembangkan usaha donatello, futsal, BPR dan berbagai usaha lainnya.
Dalam rangka sosialisasai kegiatan CEP UGM tahap 2 tersebut, seminar enterpreneur kali ini menghadirkan pembicara dari pengusaha properti terbesar Indonesia Ir Ciputra dan mantan Dirut BRI Dr Joko Santoso Mulyono.
Ir Ciputra mengemukakan bahwa dalam upaya mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran, setidaknya diperlukan 4 juta pengusaha baru. Padahal saat ini, bangsa ini baru memiliki 400 ribu orang yang jadi pengusaha.
“Kita butuh 2 persen saja dari jumlah penduduk ini yang menjadi pengusaha. Kita tahu, jika kita kini hanya memiliki 0,18 persen, sedangkan amerika sudah 11,5 persen dan singapura 7,2 persen,†jelas Ciputra, Selasa (18/3) di Gedung Sekolah Pascasarjana UGM.
Lebih lanjut Ciputra menambahkan, dua masalah utama yang menjadi kendala masyarakat indonesia dalam menjadi pengusaha; pertama, penjajahan selama 350 tahun telah mengikis semangat, kecakapan wirausaha di sebagian besar masayarakat Inonesia. Kedua, sistem pendidikan yang hanya memiliki orientasi membentuk SDM pencari kerja bukan pencipta lapangan kerja.
“Pendidikan kewiraushahaan ini tidak kita dapatkan di bangku sekolah, di sekolah juga tidak diajarkan bagaimana membuat sesuatu untuk dijadikan sebuah bisnis,†katanya.
Ciputra membagi empat macam jenis wirausaha diantaranya bussiness entrepreneur, governmenet entrepreneur, academic entreprenur dan social entrepreneur. Menurutnya, menjadi pengusaha itu ada tiga syarat yang mesti dimiliki yakni keinginan, semangat dan percaya diri.
“Bukan karena keturunan membuat orang menjadi pengusaha, atau pun modal, tapi harus mesti memiliki keinginan, semangat dan percaya diri,†tegasnya.
Sependapat dengan apa yang diungkapkan Ciputra, Joko Santoso mengemukkan bahwa hal utama yang dilakukan untuk menjadi pengusaha adalah mengubah pola pikir (mind set).
“Ketika kita bisa mengubah mindset yang ada di pikiran, lalu dari pikiran tersebut dijadikan menjadi sebuah perbuatan, selanjutnya perbuatan itu dijadikan kebiasaan sehingga bisa membentuk karakter,†katanya.
Sementara itu Direktur Sekolah Pascasarjana UGM Prof Dr Irwan Abdullah dalam sambutannya mengungkapkan, kegiatan CEP tahap kedua ini diperuntukan bagi lulusan sarjana (S1) untuk disiapkan menjadi calon pengusaha muda. Peserta yang sudah mendaftar nantinya akan diseleksi dan mengikuti tes wawancara untuk dipilih mengikuti pelatihan kewirausahawan selama 3 bulan.
“Sekolah Pascasarjana akan memberikan dukungan dalam kegiatan CEP ini dalam bentuk pelatihan selama tiga bulan, memberikan bantuan permodalan dengan menghubungkan dengan pihak perbankan, mensupport pesertanya untuk segera memulai bisnisnya dan juga mendukung usaha mereka dalam hal marketing,†katanya.
Irwan juga sempat menyinggung, bahwa pihaknya sedanga mengembangkan kurikulum bidang kewirausahaawan, dan sudah melakukan studi banding ke Korea terhadapa rencananya ini.
Ikut juga memberikan sambutan dan sekaligus membuka seminar ini, Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha UGM Prof Ir Toni Atyanto Dharoko, Mphil PhD. (Humas UGM/Gusti Grehenson)