dr. Gunadi, Ph.D, Sp.BA, dari Pokja Genetik FKKMK UGM dan RSUP Dr. Sardjito menjelaskan dampak varian baru Covid-19 terhadap transmisi, keparahan, dan imunitas dalam masyarakat. Hal itu dipaparkannya dalam Webinar “Pemanfaatan Next Generation Sequencing” yang diselenggarakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada Kamis (3/6).
Gunadi menyatakan virus ini awalnya dinamai dengan 2019-nCoV, kemudian diganti oleh WHO menjadi SARS-CoV-2 untuk menghindari stigma pada negara, kota, atau kelompok tertentu. Lalu, berdasarkan perkembangan ditemukan varian-varian baru di berbagai negara.
Varian-varian yang baru ini, menurut Gunadi, menjadi permasalahan karena letaknya pada Receptor Bonding Domain (RBD). RBD ini merupakan bagian langsung dari Protein S yang berikatan langsung dengan Ace2 Receptor pada manusia. Hal tersebut bisa jadi menyebabkan peningkatan dari kecepatan transmisi, keparahannya, hingga bagaimana kemampuannya mengelabui imunitas inangnya.
Dalam menetapkan tingkat varian-varian ini, Gunadi menjelaskan bahwa WHO memberi label khusus setiap ada varian baru yang muncul. Label Varian of Interest diberikan jika ada mutasi baru kemudian dengan implikasi fenotipnya bisa diduga dan harus terpenuhi satu mutasi menyebabkan transmisi lokal atau menyebabkan multiple klaster atau terdeksi pada beberapa negara. Lalu, jika ditentukan WHO itu sendiri sebagai Variant of Interest dg berkonsultasi terhadap pokja.
Kemudian, Gunadi menerangkan Variant of Interest ini bisa naik menjadi Variant of Concern dengan beberapa syarat. Pertama, varian itu jelas meningkatkan transmisinya, secara epidemiologi lebih cepat. Kedua, varian itu menyebabkan meningkatnya virulensi yang menyebabkan semakin parah inangnya, bahkan bisa sampai meninggal. Ketiga, varian tersebut menurunkan efektivitas protokol kesehatan, alat diagnostik, vaksin, dan terapi.
“Syarat lain untuk suatu varian mendapat label tentunya tergantung apakah varian tersebut masih bertahan lama. Tidak bisa hanya yang bertahan satu bulan saja. Jadi, jika suatu varian yang sudah menjadi Variant of Concern bisa saja diturunkan jika dampaknya sudah tidak memenuhi persyaratan tadi lagi,” terangnya.
Sejauh ini, Gunadi mengungkapkan terdapat 4 varian SARS-CoV-2 yang masuk dalam katergori Variant of Concern. Keempatnya adalah B.1.1.7 (ditemukan di UK), B.1.351 (Afrika Selatan), P.1. (Brazil), dan B.1.617.1(India). Kesemua varian tersebut sama-sama meningkatkan transmisi, tetapi dampaknya pada imunitas berbeda-beda (B.1.1.7 unclear, B.1.35.1 dan B.1.617.2 escape, dan P.1 netralisasi). Sementara untuk meningkatkan keparahan semuanya serupa, kecuali B.1.617.2.
“Per 31 Mei kemarin, keempat varian tersebut, karena penyebutannya terlalu rumit, WHO memutuskan menetapkan nama yang lebih mudah berdasarkan alfabet yunani. Nama tersebut yakni Alpha (B.1.1.7), Beta (B.1.351), Gamma (P.1), dan Delta (B.1.671.2),” ujarnya.
Mengenai kemungkinan adanya lokal varian, Gunadi menyebut hal itu masih perlu didiskusikan lebih lanjut. Hal itu karena data yang ada masih belum mencukupi. “Tentunya untuk menentukan varian lokal masih diperlukan data yang lebih banyak lagi,” jelasnya.
Terakhir, Gunadi mengungkapkan ternyata dampak virus Covid-19 secara umum tidak hanya dipengaruhi oleh virus itu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh host genetic susceptibility dan host comorbidity.
“Covid-19 merupakan multifactorial disorder jadi tidak serta merta manifestasinya ditentukan varian dari virus itu sendiri. Namun, terdapat pula peran genetik karakteristik dan komorbiditas dari pasien itu sendiri. Dengan demikian, dampak yang diterima masing-masing individu juga akan berbeda,” urainya.
Penulis: Hakam