Pengurus Pusat KAGAMA bekerja sama dengan Direktorat Pengabdian Masyarakat UGM mengadakan Seminar Nasional Kagama Inkubasi Bisnis ke-21 secara daring dengan topik “UKM Do Digital: Peluang Ekspor Produk UKM di Pasar Dunia” pada Sabtu, (5/6).
drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D, Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, menyampaikan bahwa UGM memiliki banyak binaan UMKM. Saat ini UGM terus mencoba untuk memperkuat dan mengembangkan dukungan terhadap UMKM dengan menjadikan laboratorium yang sudah terakreditasi di UGM dan dikembangkan menjadi lembaga sertifikasi produk. Tahun ini UGM mengaplikasikan lima lembaga sertifikasi produk untuk garam, alat kesehatan, alat mesin pertanian, air minum dan makanan kemasan, serta LSPro untuk halal.
“Selain menyumbangkan laboratorium kita untuk lembaga sertifikasi produk hal ini tentunya akan menginspirasi mahasiswa kita di dalam pendidikan dan pengajarannya. Selain itu, yang lebih penting daripada itu adalah bahwa seluruh kegiatan pendidikan, pengajaran, dan penelitian di UGM tidak boleh dipisahkan dari pengabdian kepada masyarakat yang dalam hal ini harus membawa Indonesia sejahtera dan maju,” ujar Ika.
Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM RI, mengungkapkan bahwa baru 12 juta UMKM yang sudah terhubung ke platform digital, naik 4 juta dalam satu tahun kemarin. Tahun 2024, pemerintah menargetkan sekitar 30 juta UMKM untuk masuk ke platform digital.
“Kami sudah membuat suatu teamwork dan juga melibatkan e-commerce maupun para komunitas untuk menjaring UMKM mana yang sudah siap untuk go digital. Kalau perlu dikurasi dan perbaikan kita akan lakukan, kalau perlu branding, kita akan lakukan branding dengan dukungan pemerintah,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa saat ini ekspor nasional terus membaik. Pada Maret 2021 nilai ekspor Indonesia naik 30,47 persen dibandingkan pada Maret 2020. Namun, kontribusi ekspor UMKM masih tergolong rendah yaitu sekitar 14 persen. Oleh karena itu, pemerintah mempunyai target menaikkan ekspor produk UMKM sebanyak 21,6 persen pada tahun 2024.
Untuk memasuki pasar ekspor, UMKM perlu melakukan digitalisasi, inovasi dan strategi pasca pandemi Covid-19.
Menurut Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc. Sc., Ph.D., Guru Besar FEB UGM/ Staf Khusus Menteri Perhubungan RI, ekonomi yang ditawarkan harus shifting paradigm, UMKM bergeser dari ekonomi yang ekstraktif pada yang lebih demokratis. Demokratis ekonomi memberikan kesempatan orang lebih banyak dengan membangun pilar-pilar yang ada pada ekonomi demokrasi, misalnya UKM lebih mementingkan komunitas, membangun keberlanjutan, tenaga kerja lebih penting daripada modal, dan pengelolaan asetnya harus bersama-sama.
“Pola-pola yang dilakukan UMKM harus mengikuti tren digital marketing, creative economy, creating value, serta bekerja sama dengan existing marketplace untuk transaksi jual beli luar negeri,” ujarnya.
Sedangkan menurut Prof. Ir. Alva Edy Tontowi, M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN. Eng., Guru Besar Fakultas Teknik UGM, UMKM harus melakukan inovasi karena dengan adanya Covid-19 pasar produk UMKM berubah, prioritas kebutuhan produk barang dan jasa berubah.
Menurutnya, kesesuaian menjadi penting antara UMKM dan market. Alva menyebutkan adanya lima item yang harus dipertimbangkan, yaitu produknya harus cocok dengan kebutuhan pasar, kualitasnya, cost-nya, timing yang pas, dan kuantitasnya apakah cukup dengan kebutuhan pasar.
“Hal ini tidak bisa dilakukan tanpa adanya organisasi dan manajemen yang bagus. Oleh karena itu, keberadaan universitas, politeknik dan sekolah akan menjadi penting karena menjadi sumber untuk membantu menjawab kesulitan yang dihadapi UMKM,” ujarnya.
Penulis: Desy