Gerakan konsep Green Campus adalah sebuah upaya untuk menciptakan infrastruktur kampus yang menciptakan lingkungan ramah lingkungan. Implementasi dari konsep Green Campus adalah penggunaan sumber daya terbarukan, penggunaan air bersih yang efisien, pengolahan sanitasi yang ramah terhadap ekologi, dan adanya kebijakan zero waste.
Pembangunan infrastruktur berkonsep Green Campus ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Tridarma secara tepat guna, cerdas, sehat, nyaman, aman, ramah lingkungan, estetik, dan berkelanjutan sehingga dapat menunjang aktivitas sivitas akademika secara kondusif dan produktif.
“UGM Green Campus merupakan salah satu implementasi dari visi UGM yang ingin berada pada kelas dunia bukan hanya dalam konteks pendidikan tapi juga dalam konteks green building,” ujar Djoko Wijono Dosen Arsitektur UGM sekaligus Vice Director of Project Implementation Unit UGM pada Webinar Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM pada hari Sabtu (5/6).
Mewujudkan UGM Green Campus diharapkan dapat menciptakan hard element dan soft element. Hard element yaitu berupa area, lanskap, bangunan, infrastruktur yang bersertifikat green. Soft element adalah Culture and Behaviour yang dapat berupa manajemen pengelolaan kampus hijau, adanya mata kuliah bangunan hijau, dan mendudukan bangunan bersertifikat green sebagai educator.
“Sebetulnya UGM sudah banyak sekali menciptakan lingkungan yang berkonsep Green Campus dan usaha untuk mewujudkannya sudah dilakukan sejak tahun 80-an walaupun belum tercetus adanya konsep Green Campus,” Imbuh Djoko.
Ia juga menjelaskan kesempatan untuk mewujudkan UGM sebagai Green Campus ini cukup luas. Saat ini di UGM terdapat 10 pembangunan gedung menggunakan pendanaan JICA loan IP-576 yang diharapkan dapat bersertifikasi Green Building, terdapat tenaga ahli di bidang Green Building, serta adanya PERMEN PUPR No 2 Tahun 2015 yaitu mengenai bangunan gedung hijau.
“10 gedung yang bersertifikasi Green Building ini merupakan sebuah batu loncatan bagi UGM,” imbuhnya.
Namun, tantangan untuk mewujudkan UGM sebagai Green Campus juga tidak mudah. Antara lain seperti perlunya pemahaman terkait Green Campus terhadap sivitas akademika UGM, kesiapan SDM sebagai pemangku dalam membuat kebijakan dan dalam segi teknis, proses sertifikasi Green Building yang panjang, Green Building yang bukan bisnis utama UGM, hingga adanya kenaikan biaya sebesar 7-10 persen lebih tinggi daripada pembangun standar.
“Perlu upaya yang lebih keras, konsisten, dan berkesinambungan untuk mewujudkan UGM sebagai Green Campus,” jelas Djoko.
Penulis: Khansa