Pencemaran lingkungan akibat adanya sampah plastik merupakan tantangan bersama. Pencemaran oleh limbah plastik selaras juga dengan produksi plastik secara eksponensial pada tingkat global. Plastik sendiri banyak digunakan pada sektor manufaktur industri dan pada proses pembuatan produk kegiatan sehari hari.
“Di lingkungan laut saat ini 85 persen sampah laut didominasi oleh limbah plastik. Hal ini disebabkan limbah plastik yang terbawa oleh aliran air salah satunya melalui sungai,” ujar Dr. Andhika Puspito Nugroho, dosen dan peneliti lingkungan Fakultas Biologi UGM dalam BioTalks, Jumat (11/6).
Mikroplastik adalah partikel / fragmen plastik yang memiliki ukuran di bawah 5 mm dan merupakan polutan yang bersifat resisten. Mikroplastik sendiri terdapat 2 macam yaitu Primary Microplastic yang biasanya terdapat produk perawatan seperti shower gel, cat, detergen, dan krim. Mikroplastik yang berada pada lautan saat ini bersumber dari kegiatan sehari hari yang ada di daratan. Jenis kedua adalah Secondary Microplastic yang merupakan hasil dari degradasi sampah plastik. Mikroplastik ini saat ini sudah mencemari organisme laut dan sudah masuk ke dalam rantai makanan yang mana manusia menjadi konsumen puncaknya.
“Mikroplastik ini sering kali dianggap sebagai makanan oleh berbagai organisme di laut sehingga polutan mikroplastik dapat mengganggu kesehatan organisme laut atau dapat berpindah dari sistem pencernaan masuk ke sistem peredaran darah organisme laut,” imbuh Andika.
Wahyu Marjaka, Direktur Mobilisasi Sumberdaya Sektoral dan Regional Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, menjelaskan justru permasalahan mikroplastik sering kali disebabkan dari adanya plastik yang biodegradable, namun tidak diregulasi dengan baik. Akhirnya ketika ada proses degradasi plastik itu terjadi justru menimbulkan mikroplastik polutan di lingkungan.
Isu sampah plastik merupakan isu penting yang harus ditanggung bersama dari mulai edukasi oleh akademisi, regulasi pemerintah untuk menangani hal tersebut, hingga kesadaran dari diri masing masing pribadi.
“Mulai 2015 sampai saat ini pemerintah terus mendorong untuk masyarakat melakukan 3R dan menerapkan kebijakan yang bertujuan untuk mencapai SDGs Goals,” tutur Wahyu.
Wahyu juga mengatakan bahwa kebiasaan pribadi untuk menanggulangi sampah plastik juga perlu terus untuk didorong seperti membiasakan makan tanpa alat plastik, mengurangi penggunaan sampah sekali pakai, hingga langkah langkah kecil untuk mengurangi sampah dengan reuse.
“Akademisi, pemerintah, dan masyarakat sebenarnya sudah aware terhadap isu sampah ini, namun langkah langkah tersebut harus dibarengi dengan sustainability commitment,” tutur Wahyu.
Penulis: Khansa