Keterbatasan ekonomi nyatanya bukan menjadi penghalang bagi Maimunah Safitri (18) untuk meraih impiannya bisa merasakan belajar hingga perguruan tinggi. Berkat semangat pantang menyerah menghantarkan gadis asal Langkat, Sumatera Utara ini masuk UGM tanpa tes.
Ia berhasil diterima kuliah di DV Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil Sekolah Vokasi lewat SNMPT Undangan. Selain menjadi penerima program Kartu Indonesia Pintar yang membebaskannya dari biaya kuliah hingga delapan semester.
“Yang pasti senang sekali bisa diterima di UGM. Dari dulu memang pengin banget kuliah agar masa depan bisa lebih baik dan membantu mengangkat keluarga,” tutur Mai saat dihubungi Selasa (29/6).
Mai tumbuh dan besar dari keluarga sederhana di sebuah kampung kecil dekat perkebunan sawit di Desa Banyumas, Kecamatan Langkat, Sumatera Utara. Ia merupakan anak sulung dari dua bersaudara pasangan Sawal (45) dan Ponisih (38). Bapaknya sehari-hari bekerja sebagai buruh tani dan menjadi tulang punggung keluarga.
“Bapak dulu sempat kerja di kebun sawit, tapi lama-lama berat kan fisik juga semakin menua. Akhirnya memilih jadi buruh tani, garap kebun milik tetangga kalau ada yang nyuruh. Alhamdulillah selalu saja ada yang dikerjakan oleh Bapak,” urainya.
Mai mengungkapkan dari menjadi buruh tani, biasanya bapaknya bisa membawa pulang uang sekitar Rp300 ribu setiap minggunya. Meskipun tak banyak, upah tersebut bisa digunakan untuk mencukupi kehidupan keluarga mereka.
Kondisi keluarga yang hidup dalam kondisi pas-pasan tak lantas mematahkan semangat Mai untuk terus berprestasi di setiap jenjang pendidikan. Gadis yang lahir pada 8 Mei 2003 silam ini selalu menggenggam juara di sekolah hingga bangku SMK. Ia pun berhasil meraih juara umum saat sekolah di SMK N 1 Stabat jurusan Mesin Permodelan dan Informasi Bangunan.
Tak hanya itu, sejumlah medali dan penghargaan juga berhasil dibawa pulang dari berbagai kompetisi yaitu, medali perak Olimpiade Numeradi dan Literasi Indonesia (ONLI) POSI 2021, medali perak Kompetisi Sains Indonesia (KSI) POSI 2021, medali perak Olimpiade Biologi Nasional 2021.
Meskipun telah mengantongi berbagai penghargaan tak lantas mejadikan Mai jumawa. Ia tetap saja menjadi gadis kecil yang rendah hati. Keraguan sempat menghinggapinya saat akan mendaftar masuk UGM melalui SNMPTN Undangan. Kegamangannya itu bukanlah tanpa sebab. Pasalnya, ia berasal dari SMK yang menurutnya banyak orang sulit untuk tembus SNMPTN.
“Saat daftar SNMPT Undangan sama guru BK sempat disarankan untuk tidak pilih UGM. Katanya berat kalau dari SMK, sayang nilai udah bagus kalau tidak lulus kan sedih,” kisahnya.
Namun, akhirnya ia tetap pada pendirianya. Hasilnya, ia pun dinyatakan lolos diterima di UGM. Capain itu bahkan menjadi tonggak sejarah baru bagi sekolahnya. Ia menjadi siswa pertama di sekolahnya yang berhasil diterima kuliah di UGM.
“Yang tembus SNMPTN di Jawa baru saya,” ucapnya.
Perawakan Mai memang tergolong kecil, namun ia merupakan anak yang ulet dan pekerja keras. Sudah setahun berjalan ia mengambil kerja sembari sekolah secara daring. Bukan hal yang mudah membagi waktu sekolah, bekerja, dan menyiapkan diri menghadapi ujian kelulusan sekolah dan masuk perguruan tinggi.
“Sampai sekarang masih kerja di Binjai, dari Senin sampai Sabtu jadi drafter di workshop/perusahaan alat-alat listrik,” jelasnya sembari berharap selepas lulus kuliah bisa mendirikan workshop sendiri di tanah kelahirannya.
Kegembiraan pastinya dirasakan oleh keluarga Mai. Kedua orang tuanya bahagia karena impian putrinya semakin dekat dengan kenyataaan. Meski bukan dari keluarga berada mereka ingin anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Tidak seperti bapaknya yang hanya bisa sekolah sampai tingkat SD dan mamak sampai SMP.
“Bapak mamak senang sekali tau Mai diterima di UGM. Bahkan, mamak sudah mencicil belikan barang-barang seperti koper untuk persiapan kuliah di Jogja jauh-jauh hari sebelum pengumuman. Saya sempat gak enak, gimana kalau besok tidak diterima,” kenangnya.
Ponisih mengatakan awalnya ia dan suami tidak setuju dengan keinginan putrinya untuk kuliah di luar kota bahkan di luar Pulau. Mereka ingin Mai kuliah tak jauh dari tempat tinggalnya.
“Anak memang sejak SMP pengin bisa kuliah. Lalu, saya bilang jangan jauh-jauh Mamak gak ada duit, tapi Mai bilang bisa nanti ada beasiswa,” katanya.
Saat ini ia hanya bisa berdoa yang terbaik untuk putrinya. Ia berharap nantinya Mai bisa kuliah dengan lancar dan lulus tepat waktu serta bisa meraih apa yang menjadi cita-citanya.
Penulis: Ika