Kasus Covid-19 saat ini meningkat drastis. Beberapa rumah sakit di beberapa kota di Indonesia bahkan tidak mampu menampung pasien karena kamar khusus Covid-19 sudah terisi penuh. Di DIY sendiri, umumnya pasien Covid-19 yang dilarikan berobat ke rumah sakit dijemput oleh para relawan. Bahkan, mereka juga mencarikan rumah sakit yang masih bisa menampung pasien covid. Namun, semakin banyaknya pasien Covid-19 menjadikan relawan mulai merasa kewalahan dan kelelahan. Oleh karena itu, segenap relawan mendesak pemerintah daerah dan pemerintah pusat mengambil kebijakan tegas di lapangan dan tidak sekadar menyampaikan imbauan saja.
Hal itu mengemuka dalam konferensi pers yang disampaikan organisasi gerakan kemanusiaan Sambatan Jogja (Sonjo) yang dilakukan secara daring, Rabu (30/6). Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), Dr. Rimawan Pradiptyo selaku inisiator Sonjo, mengatakan pihaknya menerima keluhan dari para relawan yang selama ini bekerja di lapangan karena meningkatnya jumlah pasien Covid-19 di tengah masyarakat dan banyaknya rumah sakit yang terisi penuh sehingga menutup layanan pasien Covid-19. Bahkan, yang membuat miris, pasien yang memilih isolasi mandiri di rumah akhirnya meninggal dunia.
Menurutnya, pemerintah daerah dan pemerintah pusat perlu segera turun tangan karena jika lonjakan kasus ini tidak ditanggulangi maka Indonesia berada dalam ancaman bencana kemanusiaan. “Situasi sangat berat, selain relawan yang kelelahan, ada pasien covid yang dilarikan cari IGD, namun akhirnya meninggal,” katanya.
Rimawan Pradiptyo menuturkan pihaknya sudah mendesak pemda dan pemerintah pusat untuk membangun selter dan rumah sakit khusus lapangan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Bahkan, juga dibangun untuk selter tingkat desa. “Seperti di Bantul dan Sleman, selter kabupaten sudah penuh, problemnya tinggal mengaktifkan selter desa. Apalagi sudah banyak saudara kita yang wafat di isoman. Banyak juga yang tidak masuk ke IGD karena penuh, kondisi itu tidak bisa kita pungkiri,” paparnya.
Alissa Wahid, aktivis Gusdurian Network Indonesia, mengatakan pemerintah jangan hanya mengandalkan pada relawan, sebab menurutnya relawan tidak bisa mengatasi jumlah pasien yang butuh bantuan untuk dibawa ke IGD. “Jumlah relawan pun juga mulai berkurang, kita harus menempatkan porsi dan kapasitasnya. Tolong negara bisa segera hadir,” ucapnya.
Menurutnya, situasi sekarang ini kondisinya sangat genting menyangkut ribuan nyawa yang harus diselamatkan. Namun begitu, ia menilai masih ada kegamangan dari pengambil kebijakan dalam mengambil kebijakan yang tegas dan ekstrem atau setengah-setengah. “Memang tidak ada pilihan yang mudah di tengah badai ini, namun harus mampu mengelola badai dan memitigasinya. Dalam situasi ini perlu kepemimpinan dan manajemen krisis yang kuat,” katanya.
Seperti diketahui pemerintah berencana menerapkan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat mulai pada 3 Juli mendatang untuk menekan laju kasus Covid-19 yang terus meningkat tajam. Setiap harinya jumlah kasus harian mencapai lebih dari 21 ribu.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Dokumentasi BPBD Kulonprogo