Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Budiadi, melepas 303 mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM untuk mengikuti Pembelajaran Wanagama (PWG) tahun 2021. Upacara pelepasan yang ditujukan untuk angkatan 2019 dan 2020 tersebut dilakukan secara daring pada Senin, (5/7).
Pembelajaran Wanagama merupakan sebuah program inovasi pembelajaran yang menggabungkan pendidikan akademis dengan non-akademis sekaligus di Wanagama. Wanagama adalah sebuah hutan pendidikan yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan UGM yang luasnya 622,25 Ha serta terletak secara administratif di Kecamatan Playen dan Patuk, Kab. Gunung Kidul, Yogyakarta. Dalam PWG ini mahasiswa akan mengikuti aktivitas perkuliahan Agroforestri, paparan kompetensi global oleh alumni, praktik lapangan, serta pengembangan softskill dan karakter rimbawan (ahli kehutanan atau pecinta hutan).
Namun, tidak seperti PWG di tahun 2018, PWG kali ini rencananya dilaksanakan secara Bauran (Daring dan Luring). Untuk pembelajaran daring, seperti pembekalan materi, konsep dan beberapa pratikum daring, dilaksanakan mulai tanggal 5 sampai 23 Juli 2021 mendatang. Akan tetapi, untuk pembelajaran luring, layaknya kegiatan pratikum luring dan praktik lapangan seperti survei & pemetaan hutan dan lain sebagainya, masih harus menunggu proses vaksinasi seluruh mahasiswa selesai serta dicabutnya Kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang dirilis pemerintah baru-baru ini merujuk kondisi pandemi yang semakin memburuk.
“Bagi beberapa pertemuan praktikum, praktik forestry camping dan praktik kuliah lapangan, kita tetap agendakan luring tetapi menunggu kondisi membaik sehingga bisa saja ditunda beberapa waktu ke depan,” jelas Budiadi.
Oleh karena itu, Budiadi mengatakan PWG yang dilaksanakan selama pandemi Covid-19 ini menjadikan angkatan 2019 dan 2020 menjadi angkatan spesial. Kedua angkatan tersebut kemudian akan menerima tantangan besar dalam persoalan yang bersifat non-akademis. Hal tersebut seperti keakraban dalam satu angkatan, kreatifitas dan agility, atau ketangkasan dalam kepemimpinan serta keuletan, dan lain sebagainya. Dimana hal-hal tersebut, tutur Budiadi, sangat penting bagi profesi rimbawan.
“Karena demikian luasnya cakupan bidang kerja kehutanan ini, dari segi area hutan-nya maupun lingkupnya, dari masalah teknis tanam-menanam, masalah kelembagaan, kebijakan, (sampai) masalah sosial, ekonomi, ekologi. Maka ini semua tidak bisa di-cover dengan pembelajaran yang bersifat akademik saja,” tegasnya
Sedikit informasi, dalam kondisi normal, PWG ini bahkan direncanakan terlaksana dalam waktu yang lebih lama yaitu satu semester sampai satu tahun lamanya. Hal ini tidak lain karena program pembelajaran ini dinilai baik dalam membangun karakter seorang rimbawan yang berkompetensi secara global. Selain itu, dalam PWG biasanya juga akan melibatkan Pasukan Khas TNI AL sehingga mahasiswa juga diharapkan memiliki kemampuan dasar untuk survive atau bertahan hidup di alam.
“(Melalui PWG ini) rimbawan UGM akan luar biasa, digdaya secara nasional bahkan internasional. Program dan kegiatan dalam PWG ini kita dorong agar menjadi praktik baik yang bisa diadopsi oleh fakultas-fakultas lain di UGM, dan bahkan universitas lain di luar UGM sehingga akan menjadi pelopor merdeka belajar untuk kampus kehutanan Indonesia, ” pungkas Budiadi.
Penulis: Aji