Visi kerja dan ekonomi telah mengalami perubahan. Menilik kepada konteks nasional, Indonesia sendiri tidak lagi terpaku kepada sektor produksi yang berbasis sumber daya alam atau lahan, seperti pertanian, pertambangan, kehutanan, dan lain sebagainya. Sektor agrikultur telah diyakini tidak lagi dapat menopang perekonomian. Oleh karena itu, kemudian muncul premis yang mengatakan bahwa semakin maju sebuah regional atau negara, maka sektor lahan semakin ditinggalkan.
Akan tetapi, hal ini tidak membuat peluang kerja bagi Rimbawan (ahli kehutanan) atau lulusan Fakultas Kehutanan semakin surut. Peluang kerja bagi rimbawan di era milenial ini bahkan mengalami perkembangan. Hal ini dituturkan oleh Pungky Widiaryanto, alumnus Fakultas Kehutanan UGM yang sekarang bekerja sebagai Perencana Pembangunan Kehutanan dan Konservasi Alam, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), dalam talkshow sharing alumni yang diadakan oleh Fakultas Kehutanan UGM pada Kamis, (8/7).
Pungky menyaksikan bahwa peluang kerja sebagai seorang birokrat, seperti di Kementrian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK), Balai Konservasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dan lain sebagainya, kemudian peluang bekerja di LSM atau organisasi yang berbasis lingkungan hidup dan kehutanan, masih tetap ada. Persoalan menjaga hutan dari ancaman deforestasi, kebakaran, dan lain sebagainya, masih tetap harus diperjuangkan.
Walaupun orientasi industri nasional telah berpindah kepada manufaktur, jasa, teknologi dan lain sebagainya, akan tetapi lulusan fakultas kehutanan mendapat peluang baru. Mengenal kemampuan lulusan kehutanan yang sangat baik dalam hal perkayuan, pertama, Pungky melihat adanya peluang besar ada di industri furnitur.
“Selama ini yang (bekerja) disitu, sebagian besar, dari teman-teman fakultas lain,” tutur Pungky.
Selain itu, peluang kerja juga terdapat di industri pariwisata. Di era milenial ini, industri pariwisata seperti homestay, traveling, serta cafe yang berbasis alam berkembang semakin pesat. Pungky mengungkap bahwa omset disana sangat besar, bahkan lebih besar dari gaji sebagai seorang pegawai. Pelaku industri pariwisata tersebut sejauh ini juga masih banyak diisi oleh lulusan dari fakultas lain.
“Walau kondisi dunia kerja dan ekonomi semakin tergantikan oleh mesin, namun tetap masih ada hal-hal yang tidak tergantikan oleh mesin itu sendiri. Hal- hal tersebut seperti desain, cerita, keterpaduan, empati, experience, serta meaning and wellness,” pungkas Pungky.
Hal serupa juga diutarakan oleh alumnus Fakultas Kehutanan lainnya, Dennis Wara Hermiandra yang sekarang bekerja sebagai Direktur Operasional PT. Ekosistem Khatulistiwa Lestari di Pulau Kalimantan. Dennis mengatakan bahwa tren industri pariwisata memang telah berpindah kepada pariwisata yang berbasis kelestarian alam.
“Pontianak dulu cafe-nya di ruko, sekarang cafe dirombak dengan taman-taman natural atau alam,” jelas Dennis.
Tentang peluang kerja Rimbawan di era milenial, Dennis menambahkan bahwa peluang kerja bagi Rimbawan juga tidak kalah saing dalam sektor teknologi, seperti halnya aplikasi. Lulusan Fakultas Kehutanan dapat bekerja di perusahaan atau membangun sendiri aplikasi yang berbasis kelestarian alam.
Penulis: Aji