Gadjah Mada Medical Center (GMC) mengadakan seminar “Self Harm” secara daring dengan narasumber Nurul Kusuma H., M.Psi., dan Nopi Rosyida Q., yang merupakan Psikolog Gadjah Mada Medical Center dan Unit Konsultasi Psikologi, Fakultas Psikologi UGM pada Senin, (5/7).
Seminar ini dilaksanakan karena melihat banyaknya kebutuhan masyarakat akan informasi mental health khususnya self harm. Harapannya bisa memberikan insight untuk membantu diri sendiri atau orang lain yang mengalami self harm.
“Self harm adalah semua hal yang dilakukan untuk menyakiti diri sendiri, self harm menggambarkan berbagai hal yang dilakukan orang terhadap diri mereka sendiri dengan cara yang disengaja dan biasanya tersembunyi. Jadi, objek self harm ini adalah diri sendiri,” ujar Nurul.
Nurul menjelaskan metode yang digunakan untuk melukai diri sendiri seperti memukul atau membenturkan badan, cutting, menjambak rambut, menggaruk, overdosis dan mulitasi diri. Rata-rata orang menggunakan lebih dari satu metode.
Self harm ada yang bersifat “Non-suicidal Self Injury (NSSI), dan ada yang bersifat atau mengarah kepada “suicidal attempt”.
Sejalan dengan hal tersebut, Nopi menambahkan bahwa NSSI dijadikan sebagai salah satu cara (yang meladaptif) untuk mengatasi perasaan yang sangat sulit dikelola, pikiran yang sangat mengganggu atau memori tentang peristiwa yang menyakitkan.
“Dalam psikologi, sebetulnya NSSI bukan merupakan diagnosa klinis seperti depresi, anxiety, memang belum masuk dalam kategori itu, jadi pada prinsipnya ini bukan merupakan diagnosa. Tetapi ini merupakan perilaku berbahaya yang harus mendapatkan perhatian dan membutuhkan penelitian yang lebih banyak terkait dengan hal ini,” ujarnya.
Terdapat pertolongan pertama psikologis yang bisa dilakukan pada tindak NSSI menurut Nurul saat muncul keinginan untuk melukai diri sendiri.
Pertama, dengan mengalihkan diri dari keinginan untuk melukai diri sendiri seperti melakukan aktivitas fisik untuk meredakan kemarahan atau ketegangan. Kedua, kita harus mengenali hal yang dapat memicu munculnya dorongan melukai diri, menyadari sensasi tubuh saat dorongan diri muncul, dan mencari dukungan sosial (bentuk support system). Terakhir adalah mencoba journaling. Menuliskan situasi sebelum, saat, dan sesudah melukai diri sendiri, hal ini dapat membantu untuk mengenali pola perilaku melukai diri dan memunculkan rasa tenang setelah menuliskannya.
Sedangkan bantuan yang dapat diberikan jika mengetahui orang di sekitar kita melakukan NSSI adalah dengan mengidentifikasi risiko bahaya akibat perilaku melukai diri sendiri, mencari tahu apakah ada anggota tubuh yang terluka dan memberikan penanganan. Kita juga bisa bersikap tenang dan menunjukkan kepedulian, mendengarkan aktif, mengekspresikan empati, dan memberikan rasa aman dan nyaman. Cara terakhir yang bisa dilakukan adalah menganjurkan untuk mendapatkan bantuan profesional yang tepat.
Penulis: Desy