Fakultas Kedokteran (FK) UGM akan menggelar Pertemuan Ilmiah Tahunan (Annual Scientific Meeting-ASM) 2010. Pertemuan ilmiah kali ini lebih membahas perkembangan terbaru usaha peningkatan status kesehatan masyarakat. Salah satu topik yang akan diangkat adalah berbagai penyakit menular yang sering terabaikan di luar penyakit AIDS, TBC, Malaria, dan DBD.
“Penyakit-penyakit ini memang kurang seksi, tapi penting untuk dibahas dan dicari solusi pemecahannya di tengah masyarakat,” kata dokter spesialis penyakit dalam FK UGM, dr. Yanri Wijayanti, Ph.D., Sp.PD,” Senin (1/3) di Ruang Rapat Senat FK UGM.
Dalam pertemuan ilmiah yang direncanakan berlangsung pada 4-6 Maret mendatang, ada beberapa tema pokok yang akan dibahas oleh para ahli, antara lain, andropause, sinkronisasi jamkesmas dan jamkesda, mutu pelayanan rumah sakit, penyakit kanker, tumor, dermatologi tropis, glaukoma, dan sindrom metabolik. Yanri mengatakan dari hasil pertemuan ilmiah ini nantinya akan dibuat rekomendasi kepada pemerintah selaku pengambil kebijakan dan pihak industri.
Saat menjawab pertanyaan wartawan terkait dengan tema besar usaha pencegahan dan promosi kesehatan, Yanri menjelaskan pemerintah perlu menggalakkan program promosi kesehatan. Dirinya menilai pemerintah kurang melaksanakan program promosi kesehatan dalam rangka pencegahan penyakit, tetapi lebih banyak ke upaya pengobatan (kuratif). Padahal, upaya pencegahan melalui perilaku hidup sehat perlu digalakkan. “Banyak dana dari pemerintah tersedot ke upaya pengobatan karena apabila sudah ke upaya pengobatan, biaya yang dikeluarkan pemerintah sangat besar sekali melalui program jamkesmas dan sejenisnya,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum ASM 2010, Prof. Dr. dr. Teguh Aryandono, Sp.B(K)Onk, lebih menyoroti penanggulangan penyakit kanker. Menurutnya, dari tahun ke tahun jumlah penderita kanker relatif meningkat, di antaranya kanker payudara yang diderita oleh ibu rumah tangga. “Di RS Sardjito, setiap tahun ada 250 hingga 300 kasus baru,” jelasnya.
Disampaikan Teguh, selama ini kanker payudara banyak diderita perempuan yang sudah menopause. Namun, kecenderungan sekarang, penyakit ini juga diderita oleh perempuan berumur 30-45 tahun. “Kebanyakan di Indonesia, penderitanya berumur kurang dari 50 tahun, bahkan sering di bawah 45 atau 30 tahun. Ada satu atau dua orang berumur 20-an tahun,” tambahnya.
Peningkatan penderita dari golongan perempuan muda bukan hanya terjadi di dalam negeri, tetapi juga di negara-negara Asia. “Ada yang salah dengan lingkungan. Ini terkait perilaku hidup sehat, hal-hal apa yang perlu dicegah untuk mengatur pola hidupnya yang lebih baik,” jelasnya.
Untuk penyakit HIV, dr. Yanri memiliki hasil penelitian bahwa jumlah penderita HIV yang berkonsultasi ke RS Sardjito adalah sekitar 170 orang. Jumlah ini meningkat drastis dari tahun sebelumnya, yakni 115 orang yang pernah mendapat perawatan. “Rata-rata mereka yang rutin melakukan pengobatan sekitar 170-an orang. Mereka kebanyakan perempuan rumah tangga yang monogami,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)