Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM menempati peringkat 111 dunia untuk program studi Arts and Humanities tahun 2009 oleh lembaga independen The Time Higher Education-QS World University Ranking.
Hal tersebut dikatakan Dekan FIB UGM, Dr. Ida Rochani Adi, dalam Laporan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Tahun 2009. Pernyataan itu disampaikan dalam Dies Natalis ke-64 FIB UGM, Rabu (3/3), di Gedung Poerbatjaraka FIB UGM.
Meskipun telah memberikan kontribusi kepada perolehan ranking UGM, kata Ida Rochani, pengakuan internasional yang diperoleh justru menjadi pemicu bagi FIB untuk bekerja lebih keras lagi untuk percepatan peningkatan kualitas pembelajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, manajemen, dan kerja sama. ”Untuk ke arah itu, telah dilakukan benchmarking secara serempak di semua jurusan dengan meneliti best practice yang ada di universitas kelas dunia,” tambah Ida Rochani.
Ida menambahkan peningkatan motivasi dan kegiatan penelitian ini dilakukan secara serempak oleh unit penelitian melalui kompetisi. Melalui kompetisi di tahun 2009, telah dihasilkan 21 artikel ilmiah berstandar nasional dan 21 artikel ilmiah berstandar internasional serta 17 proposal penelitian yang berhasil mengakses sumber dana, baik nasional maupun internasional. ”Penelitian yang dilaksanakan civitas akademika mengalami peningkatan lebih dari 900 persen dari tahun-tahun sebelumnya,” tuturnya.
Dekan FIB juga melaporkan saat ini FIB memiliki tenaga pendidik aktif sebanyak 151 orang, yang terdiri atas 138 tenaga pendidik PNS dan 13 non-PNS serta 6 tenaga pendidik asing dari Amerika, Korea, Jepang, dan Spanyol. Sementara itu, jumlah mahasiswa FIB pada tahun 2009 tercatat sebanyak 2.992 orang, terdiri atas 1.851 mahasiswa S1, 290 mahasiwa S2, 109 mahasiswa S3, dan 514 mahasiswa D3.
Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat (WRS P3M) UGM, Prof. Dr. Retno S. Sudibyo, M.Sc., Apt., mengemukakan UGM akan terus berupaya menuju world class university. Menurutnya, pencapaian FIB UGM ke peringkat 111 dunia semakin mendongkrak peringkat UGM ke tingkat dunia.
”Untuk ilmu budaya, saya kira ini hasil yang cukup bagus karena merupakan yang tertinggi di Indonesia,” kata WRS P3M.
Disinggung juga bahwa sebagai universitas riset, UGM tidak hanyak melaksanakan peneltian dan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan, tetapi diarahkan pula pada pendidikan yang berbasis riset. Terkait dengan adanya perubahan status UGM dari PT BHMN menuju BHP nantinya tidak akan terlepas dari perbaikan mutu akademik. Di tingkat fakultas, perubahan ke arah BHP harus serta merta mampu melakukan prinsip good governance di bidang akademik, administrasi, keuangan, dan pengelolaan aset. (Humas UGM/Gusti Grehenson)