• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Promosi Doktor
  • Faktor-faktor Penghambat Penerapan Praktik Kolaborasi Interprofesi Kesehatan

Faktor-faktor Penghambat Penerapan Praktik Kolaborasi Interprofesi Kesehatan

  • 29 Juli 2021, 12:19 WIB
  • Oleh: Ika
  • 9867
  • PDF Version
Faktor-Faktor Penghambat Penerapan Praktik Kolaborasi Interprofesi Kesehatan
Praktik kolaborasi interprofesi/interprofessional collaboration practice (IPCP) terbukti dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Kendati begitu, belum banyak fasilitas layanan kesehatan yang mengimplementasikan praktik tersebut, khususnya dalam tata laksana untuk ibu hamil dengan kelainan jantung. 
 
"Ada beragam faktor yang menghambat implementasi praktik kolaborasi interprofesi, mulai faktor individu, faktor kelompok, hingga faktor organisasi," urai dr. Suryani Yuliyanti, M.Kes, saat menjalani ujian terbuka Program Doktor Ilmu Kedokteran & Kesehatan, FKKMK, Kamis (29/7) secara daring.
 
Mempertahankan disertasi berjudul Implementasi Praktik Kolaborasi Interprofesi pada Pelayanan Rujukan Maternal di Rumah Sakit Islam Sultan Agung dan Jejaring Rujukannya, Suryani menjelaskan dari penelitian yang dilakukannya diketahui Integrated care pathways (ICPs) dalam pelayanan rujukan ibu hamil dengan kelainan jantung yang telah disusun dalam penelitian ini belum dapat diimplementasikan pada rumah sakit dan jejaring rujukannya, meskipun sebagian besar profesi kesehatan setuju bahwa ICPs penting dan sesuai untuk diterapkan pada ibu hamil dengan kelainan jantung. Pola kolaborasi yang terbentuk masih dalam level konsultatif. 
 
Hambatan dalam implementasi tersebut berasal dari berbagai faktor. Pertama, faktor individu seperti karakter, kompetensi dan komunikasi antar profesi. Kedua, faktor kelompok seperti keterbatasan tenaga baik secara kuantitas maupun kualitas dan hierarki/senioritas). Ketiga, faktor organisasi meliputi leadership, motivasi, kebijakan organisasi, fasilitas pendukung dan aplikasi sistem informasi kesehatan yang kurang user friendly. 
 
"ICPs pada pelayanan rujukan untuk ibu dengan kelainan jantung sesuai dan dapat diterima oleh para profesi kesehatan. Namun begitu, belum feasible untuk diterapkan disebabkan berbagai hambatan terkait faktor individu, kelompok, organisasi dan kebijakan yang belum mendukung,"papar Dosen FK UNISSULA ini.
 
Dari faktor eksternal organisasi, dikatakan Suryani, dipengaruhi adanya skema pembiayaan JKN yang membatasi kolaborasi multidisiplin dalam pelayanan rawat jalan. Selain itu, pandemi Covid-19 menurunkan jumlah pasien sehingga ICPs belum dapat diimplementasikan.
 
Penulis:Ika
Foto: aafp.org
 

Berita Terkait

  • Pengendalian Tuberkulosis dan Diabetes Mellitus di Kota Yogyakarta Belum Kolaboratif

    Monday,10 May 2021 - 14:47
  • UGM Kembangkan Program Pendidikan Interprofesional Kolaboratif Kesehatan

    Tuesday,30 October 2018 - 8:20
  • Mewaspadai Transnational Organized Crime

    Friday,24 October 2014 - 13:58
  • Budaya Negara Pengaruhi Karakteristik Role Model Sehat Institusi Pendidikan Dokter

    Wednesday,23 December 2020 - 9:53
  • Rumah Sakit Harus Memperhatikan Prosedur Penanganan Makanan untuk Pasien

    Thursday,29 March 2018 - 17:34

Rilis Berita

  • Mahasiswa UGM Borong Medali dan Penghargaan dari Kompetisi Tingkat ASEAN 19 May 2022
    Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (TPB) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM, kembali m
    Satria
  • Promosikan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua ASEAN 19 May 2022
    Geliat mempromosikan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua ASEAN belakangan ini menguat ke
    Agung
  • Mahasiswa UGM Gelar Forum Mahasiswa Untuk Pilih Rektor Baru 19 May 2022
    Mahasiswa mengadakan acara “Forum Mahasiswa UGM: Memilih Rektor Periode 2022-2027” ya
    Ika
  • UGM Press Terbitkan Buku Antioksidan dalam Penanganan Sindrom Metabolik 19 May 2022
    UGM Press menerbitkan buku berjudul “Antioksidan dalam Penanganan Sindrom Metabolik“
    Gloria
  • Kementerian Desa PDTT dan UGM Kerja Sama Pengembangan Kawasan Transpolitan 19 May 2022
    Ika

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 30May International Academic Conference on Tourism (INTACT) 2022 ...
  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual