Sebanyak 10 masakan tradisional dan 3 masakan asing dari Italia, Jepang, dan Perancis tampak menyemarakkan festival kuniner yang diselenggarakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Rabu (3/3), yang digelar di pelataran FIB UGM.
Untuk menu tradisional, masakan dibuat langsung oleh mahasiswa dari sepuluh prodi di FIB. Beberapa menu yang ada, antara lain, nasi merah dan sayur lombok ijo, peyek teri, serta minuman jahe gula jawa, dibuat oleh mahasiswa Jurusan Sastra Nusantara. Mereka memasang tarif Rp3.000,00 untuk satu porsi nasi merah dan Rp3.000,00 untuk sayur lombok ijo, serta segelas wedang jahe seharga Rp1.000,00. Sementara itu, untuk masakan internasional dibuat oleh mahasiswa asing yang berkuliah di FIB.
Karena acara festival kuliner ini dibuka menjelang jam makan siang, masakan tradisional diserbu para mahasiswa. Dari kalangan mahasiswa asing, ternyata banyak yang merasa tidak asing lagi dengan masakan nusantara, tetapi ada juga yang hanya coba-coba menikmati masakan ala Indonesia.
Ying (22), mahasiswa asal China mengaku baru pertama kali menikmati nasi merah dengan sayur lombok ijo. Meski cukup pedas untuk ukuran lidahnya, tetapi ia mengaku makanan itu cukup enak untuk dinikmati. “Pedas, tapi enak. Minumannya juga enak, ada pandan wanginya,” kata Yin singkat. Saat ditemui, Yin sedang menikmati makan siang bersama rekan mahasiswa lainnya asal Jepang, Amerika, Australia, dan Turki.
Yin mengaku baru satu minggu berada di Jogjakarta. Rencananya, selama satu tahun dirinya akan mengikuti program INCULS (Indonesian Language and Culture Learning Service) untuk belajar bahasa dan budaya Indonesia.
Tidak berbeda jauh dengan Morgan, 29 tahun. Pria asal kota Washington, Amerika Serikat ini juga mengaku makanan yang dinikmatinya cukup terasa pedas. Meski begitu, ia melahap habis satu porsi nasi yang dijual murah tersebut. “Lihat, saya habiskan semua!” katanya sambil menunjukkan kotak nasi yang sudah kosong.
Festival kuliner merupakan bagian dari perayaan Dies Natalis ke-64 FIB. Selain festival kuliner, diselenggarakan pula festival seni tradisional dan pameran batik. Panitia Dies FIB, Fahmi Prihantoro, menjelaskan festival kali ini bertujuan untuk memperkenalkan hasil budaya nusantara. “Dalam penyelenggaraannya, pihak panitia melibatkan para mahasiswa dari berbagai daerah dan mahasiswa asing yang kuliah di FIB,” kata Fahmi.
Untuk tari tradisional, tambah Fahmi, pihak panitia sengaja mengundang grup tari Dolalak dari Purworejo, Jawa Tengah. Sementara untuk pameran batik, dipamerkan beberapa batik pesisiran Cirebon, batik madura ‘lasem’, batik Jogja, dan Solo. Selain itu, juga dikenalkan teknik pembuatan batik lengkap alat dan bahan serta jenis bahan pewarnaan batik. (Humas UGM/Gusti Grehenson)