Penggunaan vaksin bertujuan untuk mengurangi dampak buruk dari infeksi virus yang terjadi. Hal ini dapat terjadi karena sistem tubuh sudah mengenali virus terlebih dahulu sehingga respons tubuh terhadap infeksi virus akan lebih cepat. Perbedaan mendasar pembentukan antibodi dengan vaksinasi dan infeksi virus secara alami yaitu pada pengawasan dan kontrol yang ketat dalam pemberian vaksinasi.
“Harapannya ketika tubuh sudah mengenali virus maka tidak akan menyebabkan gejala yang berat dan mengurangi risiko kematian,” ujar dr. Mei Neni Sitaresmi, Ph.D, Sp.A(K), Wakil Dekan FKKMK UGM Bidang Kerja Sama, Alumni dan Pengabdian Masyarakat pada Webinar Live Dokter pada Minggu (8/8).
Tujuan utama vaksin adalah pembentukan herd immunity. Anak-anak maupun remaja juga termasuk kelompok yang rentan terkena Covid-19. Adanya mutasi Covid-19 varian delta menyebabkan tingkat risiko penularan Covid-19 meningkat.
“Sebagian besar remaja mengalami Covid-19 tanpa gejala sehingga menjadi sumber penularan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya pasien Covid-19 klaster keluarga,” jelas Mei.
Melihat kondisi saat ini pemberian vaksin terhadap remaja penting untuk dilakukan. Efikasi dan profil keamanan Sinovac terhadap usia anak anak remaja tidak berbeda makna dengan efikasi dan profil keamanan pada usia di atas 18 tahun.
“Melihat profil risiko dan keamanan maka IDI merekomendasikan penggunaan Sinovac pada usia 12-17 tahun. Penggunaan vaksin ini juga termasuk untuk anak-anak berkebutuhan khusus atau difabel,” tutur Mei.
Di bawah umur tersebut saat ini masih terus dilakukan penelitian keamanan vaksin sehingga protokol kesehatan harus diperhatikan untuk melindungi anak dari Covid-19. Pertimbangan penundaan vaksinasi terhadap usia anak-anak dan remaja tidak jauh berbeda dengan dewasa seperti kondisi kesehatan tubuh, riwayat penyakit dan adanya riwayat alergi berat.
“Untuk remaja, yang perlu untuk diawasi adalah efek pasca adanya vaksinasi. Saat ini di Yogyakarta penularan Covid-19 melalui komunitas cukup tinggi sehingga bisa jadi pada saat vaksinasi justru saat kita sedang terpapar virus,” imbuh Mei.
Saat ini program vaksinasi Covid-19 bagi remaja terus dilakukan antara lain vaksinasi “sak omah”, vaksinasi di sekolah, hingga vaksinasi drive thru. Vaksinasi bagi remaja, ujar dr Mei, bukan hanya terfokus pada Covid-19, namun juga terhadap penyakit campak, difteri, dan lain sebagainya. Tak lupa ia mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam membaca berita karena banyaknya hoax terkait vaksin yang ada di sekitar kita.
Simak selengkapnya di sini.
Penulis: Khansa